13 Januari, 2011

DEMAM TIGA HARI (BOVINE EPHEMERAL FEVER)

DEMAM TIGA HARI (BOVINE EPHEMERAL FEVER)

Tiga faktor yang saling berkaitan dalam permasalahan timbulnya suatu penyakit, yaitu : faktor agen penyakit, hospes (ternak itu sendiri)dan lingkungan.
Penyakit Demam Tiga Hari banyak ditemui pada ternak sapi dan secara umum resiko ekonomi yang ditimbulkan tidaklah besar apabila penanganan medis secara cepat telah dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dengan penyakit lain.
Penyakit Demam Tiga Hari (Three Day Sickness) atau Bovine Ephemeral Fever (BEF) adalah suatu penyakit viral pada sapi dan kerbau ditandai dengan terjadinya demam tinggi, rasa sakit otot, dan kepincangan. Sapi yang menderita sakit ini cepat sembuh bila tanpa komplikasi. Penyakit ini biasa menyerang pada musim pancaroba atau peralihan dari kemarau ke hujan.

PENYEBAB
Virus BEF termasuk dalam keluarga Rhabdovirus dari virus RNA. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 7-10 hari.

CARA PENULARAN
Penyakit Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai jarak 2.000 km. Ada dugaan penyebaran dapat pula terjadi melalui angin.

GEJALA KLINIS
• Demam tinggi mencapai 41 0C selama tiga hari
• Hewan penderita terlihat lemah
• Kurang nafsu makan
• Keluar cairan dari hidung dan mulut
• Persendian bengkak disertai dengan kekakuan otot anggota gerak sehingga menyebabkan kepincangan
• Hewan lebih banyak berbaring
• Pada sapi perah produksi susu turun, lebih encer, adakalanya air susu bercampur darah
• Angka kesakitan tinggi, angka kematian rendah.

PENGENDALIAN DAN PENGOBATAN

Vaksin yang efektif belum ada. Pengobatan dilakukan simtomatik dan pencegahan terhadap infeksi sekunder.

PENCEGAHAN
Penyemprotan terhadap ternak sebaiknya dilakukan secara kontinyu menggunakan insektisida dan sanitasi kandang dilakukan secara rutin.

DIAGNOSA BANDING


Penyakit Ingusan (Malignant Catarrhal Fever)

Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi dan fatal pada sapi dan kerbau.

Penyebab

Virus herpes

Gejala Klinis :

• Demam tinggi mencapai 41 0C
• Keluarnya cairan dari hidung dan mata
• Peradangan mulut dan erosi permukaan lidah
• Kornea keruh dan keputihan
• Air liur menetes keluar dari mulut
• Hidung tersumbat sehingga kesulitan bernafas
• Diare berdarah
• Otot gemetar, sempoyongan, kelumpuhan sebelum mati
• Kematian terjadi 4 – 13 hari setelah timbulnya gejala.

Penyakit Ngorok (Septichaemia Epizooticae)

Penyakit infeksi akut atau menahun pada sapi dan kerbau.

Penyebab
bakteri Pasteurella multocida serotipe 6B dan 6E

Gejala Klinis
• Demam tinggi mencapai 41 0C
• Tidak mau makan
• Adanya suara ngorok
• Diare berdarah
• Kebengkakan dan busung di kepala, bagian bawah dada, kaki dan pangkal ekor
• Lidah dapat terjulur keluar dan bengkak
• Kematian 1 – 2 hari setelah terserang
• Kerbau lebih rentan daripada sapi.

05 Januari, 2011

STANDAR SUSU SEGAR

STANDAR SUSU SEGAR SNI nomor 01-3141- 1998


Standar ini merupakan Revisi SNI 01-3141-1992 mengenai standar susu segar. Revisi diutamakan pada persyaratan mutu dengan alasan sebagai berikut :
1.Menunjang Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian No. 236/Kpb/VII/1982, No. 341/M/SK/7/1982, No. 521/Kpts/Um/1982.
2.Menunjang Keputusan Menteri Pertanian No. 751/Kpts/Um/10/1982.
3.Melindungi konsumen
4.Mendukung perkembangan agribisnis dan agroindustri
5.Menunjang ekspor non-migas

Standar ini disusun sebagai hasil pembahasan rapat-rapat teknis, prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam rapat konsensus nasional.
Hadir dalam rapat-rapat tersebut wakil-wakil dari lembaga penelitian, perguruan tinggi, produsen, konsumen dan instansi terkait lainnya.
Sebagai acuan diambil dari standar dan peraturan Codex Alimentarius Commission.

SUSU SEGAR

Ruang Lingkup
Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, cara uji, syarat penandaan, dan cara pengemasan susu segar.

Definisi

Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.
Susu segar adalah susu murni yang disebutkan diatas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Kita mengetahui nilai Total Solid, Berat Jenis dan Titik Beku adalah untuk menetukan kualitas susu tersebut, karena ketiga hal tersebut merupakan sebagian dari indikator standar susu segar.

Syarat Mutu Susu Segar berdasarkan SNI 01-3141-1998

Standar Susu
Berat Jenis (BJ) pada suhu 27 oC Minimal 1,0280
Kadar Kering Minimal 3.0 %
Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL)/Solid non Fat (SNF) Minimal 8.0 %
Kadar Protein Minimal 2.7 %
Cemaran logam berbahaya :
a. Timbal (Pb) Maksimum 0.3 ppm
b. Seng (Zn) Maksimum 0.5 ppm
c. Merkuri (Hg) Maksimum 0.5 ppm
d. Arsen (As) Maksimum 0.5 ppm
Organoleptik : warna, bau, rasa dan kekentalan Tidak ada perubahan
Kotoran dan benda asing Negatif
Cemaran mikroba :
a. Total Kuman Maksimum 1.000.000 CFU/ml
b. Salmonella Negatif
c. Eschericia coli (pathogen) Negatif
d. Coliform 20 CFU/ml
e. Streptococcus group B Negatif
f. Streptococcus aureus 100 CFU/ml
Jumlah sel radang Maksimum 40.000/ml
Uji katalase Maksimum 3 cc
Uji reduktase 2 - 5 jam
Residu antibiotik, pestisida dan insektisida sesuai dengan peraturan
yang berlaku
Uji Alkohol (70 %) Negatif
Derajat Asam 6 - 7 oSH
Uji pemalsuan Negatif
Titik Beku 0,520 s/d 0,560 oC
Uji Peroksidase Positif

Berdasarkan SK Dirjen Peternakan Nomor 17 tahun 1983, salah satu syarat kualitas susu segar adalah jumlah mikroba maksimum 3 juta/ml. Ketentuan ini lebih ringan daripada yang tercantum dalam SNI susu segar.

Cara Pengambilan Contoh
Cara pengambilan contoh sesuai dengan Peraturan Departemen Pertanian yang berlaku mengenai Petunjuk Teknis Pengawasan Peredaran dan Pengujian Kualitas Susu Produksi Dalam Negeri dan Susu yang Beredar.

Cara Uji
Cara uji susu sesuai dengan Peraturan Departemen Pertanian yang berlaku mengenai Petunjuk Teknis Pengawasan Peredaran dan Pengujian Kualitas Susu Produksi Dalam Negeri dan Susu yang Beredar.

Syarat Penandaan

Sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku tentang label dan periklanan makanan.

Cara Pengemasan

Susu segar dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, aman selama penyimpanan dan pengangkutan, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi.

Berdasarkan usulan dari Departemen Pertanian
standar ini disetujui oleh Dewan Standardisasi Nasional
menjadi Standar Nasional Indonesia dengan nomor :

SNI 01-3141-1998


Penerbitan standar ini dilakukan setelah memperhatikan semua data
dan masukan dari berbagai pihak. Kritik dan saran untuk penyempurnaan standar ini, dapat disampaikan kepada :

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN


Sekretariat : Pusat Standardisasi - LIPI, Sasana Widya Sarwono Lantai 5
Jalan Jenderal Gatot Subroto 10 - Telepon (021) 5206574, 5221687, 511542,
Pes. 296, 305, 450, Fax. 5206574, 5207226, Telex 62875 PD II IA, 62554 IA

03 Januari, 2011

GANGGUAN METABOLISME PADA SAPI LAKTASI AWAL

GANGGUAN METABOLISME PADA SAPI LAKTASI AWAL

Retensio Placenta (Retensio Secundinae)
• Placenta umumnya keluar setelah 12 hari post partus
• Perlunya pemberian vitamin A, D dan Selenium disamping mineral yang cukup untuk ternak post partus
• Perbaikan dan konsistensi manajemen pemberian pakan sangat penting untuk menjaga kondisi pedet dan kinerja produksi yang baik serta gangguan pada alat reproduksi
• Retensi plasenta adalah kejadian patologi dimana selaput fetus tidak keluar dari alat kelamin induknya dalam waktu 1–12 jam setelah kelahiran anaknya (Hardjopranjoto,1995

Etiologi
Pada dasarnya retensi sekundinae atau retensi plasenta adalah kegagalan pelepasan villi kotiledon foetal dari kripta karankula maternal. Pada sapi, retensi plasenta dapat disebabkan beberapa faktor yaitu:
1. Gangguan mekanis (hanya 0,3% kasusnya), yaitu selaput fetus yang sudah terlepas dari dinding uterus, tetapi tidak dapat terlepas dan keluar dari alat kelamin karena masuk dalam kornu uteri yang tidak bunting, atau kanalis servikalis yang terlalu cepat menutup, sehingga selaput fetus terjepit (Hardjopranjoto,1995).
2. Induk kekurangan kekuatan untuk mengeluarkan sekundinae setelah melahirkan. Ini disebabkan adanya atoni uteri pasca melahirkan (kasusnya 1–2%). Mungkin juga karena defisiensi hormon yang menstimulir kontraksi uterus pada waktu melahirkan, seperti oksitosin atau estrogen. Atoni uteri pasca melahirkan juga bisa disebabkan oleh berbagai penyakit seperti penimbunan cairan dalam selaput fetus, torsio uteri, kembar, distokia dan kondisi patologik lainnya (Toilehere, 1985)
3. gangguan pelepasan sekundinae yang berasal dari karankula induk. Ini adalah kasus yang paling sering terjadi dan dapat mencapai 98%, (4) Avitaminosa–A menyebabkan retensi plasenta, karena kemungkinan besar vitamin A perlu untuk mempertahankan kesehatan dan resistensi epitel uterus dan plasenta. Retensi plasenta terjadi pada 69% sapi dari suatu kelompok ternak yang diberikan makanan dengan kadar karoten yang rendah (Toilehere,1985)

Gejala
Gejala pertama yang tampak adalah adanya selaput fetus yang menggantung diluar alat kelamin (Hardjopranjoto,1995). Kadang–kadang selaput fetus tidak keluar melewati vulva tapi tetap menetap dalam uterus dan vagina. Pemeriksaan terhadap selaput fetus sebaiknya dilakukan sesudah partus untuk mengetahui apakah terjadi retensi atau tidak. Pemeriksaan melalui uterus dapat dilakukan dalam waktu 24–36 jam post partus. Sesudah 48 jam biasanya sulit atau tidak mungkin memasukkan tangan ke dalam uterus atau selaput fetus dalam servik. Adanya selaput fetus di dalam cervik cenderung menghambat kontraksi servik (Toelihere,1985).
Sekitar 75–80% sapi dengan retensi sekundinae tidak menunjukkan tanda–tanda sakit. Sekitar 20-25% memperlihatkan gejala–gejala metritis seperti anorexia, depresi, suhu badan tinggi, pulsus meningkat dan berat badan turun (Toelihere,1985).

Prognosa
Pada kasus tanpa komplikasi, angka kematian sangat sedikit dan tidak melebihi 1-2%. Apabila ditangani dengan baik dan cepat, maka kesuburan sapi yang bersangkutan tidak terganggu. Pada kasus retensi ini kerugian peternak bersifat ekonomis karena produksi susu yang menurun, kelambatan involusi dan konsepsi (Toelihere,1985).

Diagnosa
Diagnosa dilakukan berdasarkan adanya sekundinae yang keluar dari alat kelamin. Bila sekundinae hanya tinggal sedikit dalam alat kelamin, diagnosa dapat dilakukan dengan eksplorasi vaginal memakai tangan dan dengan terabanya sisa sekundinae atau kotiledon yang masih teraba licin karena masih terbungkus oleh selaput fetus. Karunkula yang sudah terbebas dari lapisan sekundinae, akan teraba seperti beludru. Kalau tidak ada sekundinae yang menggantung diluar kelamin, jangan dikatakan tidak ada retensi sekundinarium. Mungkin sekundinae masih tersisa dan tersembunyi didalam rongga uterus (Hardjopranjoto,1995).

Terapi
Pengobatan terhadap retensi sekundinae sangat tergantung kepada sebab–sebabnya dan ada tidaknya gejala peradangan. Pertolongan terhadap retensi sekundinarium ditujukan pada pengeluaran sekundinae dari alat kelamin secepat-cepatnya dan diupayakan agar kesuburan induk penderita tetap baik (Hardjopranjoto,1995).

Displaced Abomasum
• Displaced Abomasum juga merupaka kendala yang harus dicegah, akibat timbunan gas dalam alat cerna
• Tindakan pencegahan adalah dengan memberikan keseimbangan nutrisi seama periode 45 – 60 hari masa kering, exercise, kebersihan dan kondisi kering – nyaman serta sanitasi kondisi kandang
• Kurangnya asupan serat kasar → pengurangan kegiatan penguyahan → aliran air liur ke dalam rumen berkurang → penurunan buffer rumen akibat kurangnya cairan rumen → menurunnya motalitas dinding rumen → berkurangnya palpasi otot dinding rumen → DISPLACED ABOMASUM
• Tanda-tandanya hamper sama dengan gangguan akibat ketosis :
a. keinginan makan naik turun
b. suhu tubuh normal
c. produksi susu turun
d. kelesuan dan ketidaknyamanan

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA