08 Desember, 2009

“Ya Tuhan, Yang Maha Kuasa … berilah kekuatan kepada hambaMu untuk dapat menjalankan perintahMu dan menjauhi semua laranganMu”

kalimat sakti yang sering kita perdengarkan saat kita berdo’a atau saat kita sedang berserah diri padaNya. tanpa sadar, karena sudah menjadi kebiasaan, maka kalimat itu menjadi sebuah budaya yang selalu terbiasa diucapkan.

andaikan kita sebagai manusia beriman yang ingin beribadah dibumiNya, tentunya kalimat itu menjadi pegangan dalam kehidupan kita. seperti kehidupan kita yang memiliki aturan main, larangan – anjuran – himbauan yang sering kita temui.

kembali, kita sering melanggar dan selalu penuh toleransi.

apakah kita masih :
1. kadang menerobos lampu pengatur lalu lintas yang menyala merah?
2. menerobos bahu jalan di jalan bebas hambatan?
3. menggunakan/mengaktifkan telpon seluler saat berada di dalam pesawat terbang?
4. memilih member tips kepada oknum petugas lalulintas yang menangkap kita karena kita melanggar rambu lalulintas?
5. membuang sampah di jalan raya saat kita mengendarai kendaraan?
6. berkecepatan tinggi di jalan raya?
7. merokok pada daerah “dilarang merokok”?
8. menggunakan jasa calo?
9. menerobos antrian?

bila kita masih melalukan hal” kecil itu, adalah sangat disayangkan bila kita selalu mengucapkan kalimat sakti diatas tetapi tingkah laku perbuatan kita masih bertolakbelakang.

tentunya semua penegakan aturan/hukum berawal dari hal terkecil … dan sudah saatnya bagi kita untuk memulai langkah kecil … ingat, sebuah bangunan gedung berawal dari sebongkah batu yang menjadi pondasinya, seribu langkah kemuka berawal dari satu langkah pertama.

keep on istiqomah mentaati aturan …

REBUTAN …. sentilan sebuah fenomena

REBUTAN …. sentilan sebuah fenomena

Berita tentang sesuatu, baik itu barang – uang – jasa – jabatan – kuasa – berahi selalu menjadi sebuah hal yang saat ini dianggap biasa untuk diperebutkan. Penguasaan kita akan hal” itu dikarenakan kesemuanya akan menampilkan sensasi kenikmatan, kenyamanan, kesenangan, kepuasan dan keindahan yang luar biasa.

Gengsi, pamor, kekayaan dan kewenangan adalah tujuan yang akan diraih dari semua itu. Sebagai manusia, kita diberi rahmat yang bernama NAFSU, suatu hasrat, keinginan, kemauan yang merajai setiap sisi waktu perjalanan kehidupan.

NAFSU ini terkadang mampu merajai setiap sudut hati manusia dimuka bumi dan mengesankan bahwa ketamakan, keserakahan, keinginan menguasai adalah wujud asli NAFSU belaka. Akhirnya, menginjak kepala teman, menjilat atasan, kolusi, korupsi, nepotisme, kongkalikong, mafianisme, permakelaran dan penyikutan menjadi alat untuk mengamankan NAFSU kita. Saat kejadian itu, tiada saudara, tiada teman, tiada kolega, tiada lawan dan tiada anggapan persahabatan lagi … yang ada hanya satu : MERAIH KEMENANGAN, MENGAMANKAN NAFSU dan MEMUASKAN KESERAKAHAN DIRI

Tengok fenomena Pilkada atau Pileg, semuanya berusaha meraih simpati masyarakat, bukan untuk rakyat semata, ternyata – sebagian dari anggota legislatif benar” ingin menjadi anggota dewan untuk menempatkan NAFSU diatas singgasana kehidupannya, sangat sedikit anggota dewan yang benar” mengabdikan diri.

Yang terbaru, tengok suasana pembagian hewan qurban yang semata” diperuntukkan bagi kaum dhuafa. Esensi qurban sebagai media berbagi kasih, berbagi perhatian dan berbagi rejeki untuk merasakan sebuah kenikmatan dan membersihkan harta dijadikan sebagai ajang meluapkan nafsu.
Bagi manusia yang berqurban, sebagian mengkedepankan riya’ … bukan syiar, seperti yang semestinya dilakukan. Sebaiknya para manusia yang berqurban, mengatasnamakan nazar berqurban demi membersihkan harga dan berbagi kasih dengan kaum dhuafa, bukannya demi gengsi dan kebanggaan tentang kemampuannya berqurban. Padahal belum semua umat muslim di seantero jagat ini mengetahui nisabnya qurban, kebanyakan masih merasa bahwa berqurban hanya bagi yang mampu, sementara setiap bulan membeli steak atau makanan berlebih dengan harga Rp. 100.000/bulan saja mampu … andaikan Rp. 100.000/bulan x 12 bulan = Rp. 1.200.000, seekor kambing atau domba yang gemuk dan sehat atau bertujuh bergabung, akan mampu membeli seekor sapi dengan harga Rp. 8.400.000 … waoooooooo
Bagi kaum dhuafa penerima qurban, sebuah pernyataan tentang kenistaan dilakukan. Kebanggaan menerima kupon dan keharus berebut kantung plastik dengan seonggok daging rela dilakukan, mengantri sejak pagi lalu merangsek masuk saat waktunya pembagian daging dan tidak lagi peduli dengan tetangga atau saudara, berdesak”an, terinjak”, terhimpit, meratap, berteriak, menagis, meraung” adalah sebuah pemandangan biasa yang masih sedikit mampu diatasi.

Fenomena diatas berujung pada satu hal, MENGUMBAR HAWA NAFSU …

Apabila kita menarik kembali contoh suri tauladan yang dikedepankan oleh pada anbiyaa, tentunya kita akan dengan bangga melakukan hal” ini :

Elegan dalam menyatakan diri untuk memegang amanah rakyat. Pernyataan kesediaan memegang amanah rakyat dilakukan dengan tindakan nyata melalui langkah” dan upaya nyata untuk berbuat demi rakyat. Setelah terpilih, dengan seluruh keikhlasan dan ketulusan hati, bersemangat menerima amanah dan melaksanakan tugas demi kemakmuran bangsa-negara untuk mensejahterakan rakyat

Mengendalikan diri dari keinginan menguasai harta, memperkaya diri sendiri, mengambil hak orang lain atau menghilangkan karakter orang lain, merupakan langkah strategis sebagai wujud tanggungjawab sebagai sesama manusia. mengendalikan hawa nafsu seperti yang dilakukan umat muslim beriman pada setiap Ramadhan merupakan latihan mengendalikan diri dan merangsang pembentukan pribadi tangguh

Tangan kanan memberi tangan kiri tidak tahu, merupakan sebuah wujud kerendahan hati. Konsep kerendahan hati akan meninggikan derajat kita dimata Yang Maha Kuasa, kita tidak perlu menjadi terkenal atau bergengsi saat orang lain tahu kita memberi … cukup hati kita berniat, tangan melakukan dan Tuhan yang kita informasikan

Melayani orang lain dengan sepenuh hati
. Pembagian rejeki dengan cara kita haturkan secara langsung kepada penerima merupakan sebuah cara elegan yang saling eninggikan derajat. Apabila kaum dhuafa menerima langsung pemberian kasih di muka pintu mereka, akan menimbulkan kesan mendalam tentang sebuah keikhlasan. Teknisnya kita balik, biasanya panitia berkeliling mengantarkan kupon pengambilan daging qurban, sekarang … panitia tidak perlu mengantarkan kupon, tetapi mendata dhuafa yang memenuhi syarat sebagai penerima daging qurban. Saat data sudah diterima, segera dipersiapkan dan dilakukan penghantaran daging langsung door to door. Efeknya, sebuah rasa penghargaan yang mengharukan manakala kaum dhuafa merasa terlayani dan dihargai, sebuah tebaran kasih yang sangat membanggakan

keep on istiqomah untuk mengendalikan diri, mengekang NAFSU, melayani hati, berbagi kasih dan menghargai ….

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA