18 Desember, 2008

Ibu



IBU .. MAMA .. EMAK .. MAMAK .. UMI .. BIYUNG .. MAMI .. SIMBOK .. BUNDA .. dan beberapa sebutan lain yang melekat pada sesosok manusia agung yang telah berjuang memelihara kita selama Sembilan bulan sepuluh hari … dengan penuh sayang, merawat, melantunkan nada” syahdu melalui aliran darah dan nafas untuk kita yang terbungkus rapi dalam suatu jaringan lembut tetapi kuat diperutnya, memberi kita aliran nutrisi melalui placenta dan berada dalam batas dunia hidup – mati saat memperjuangkan kita agar kita dapat menghirup wanginya atmosfer dunia …
Setelah kita lahir, aliran makanan terbaik didunia dialirkan melalui kerongkongan kita, tangan lembutnya mengusap seluruh tubuh kita –seakan tidak ingin ada sesuatu yang menganggu kita, dekapan lembutnya menghangatkan kita, sangat mengerti akan ‘kekurangajaran’ kita yang menangis tidak kenal waktu – sementara sosok itu akan terjaga dan menimang kita tanpa kenal waktu pula … betapa sabarnya sosok itu mengganti popok kita yang basah oleh ompol dan kotoran kita … betapa sabarnya sosok itu membimbing kita merayapi waktu demi waktu perkembangan kita … betapa tidak kenal lelahnya sosok itu memberi pelajaran” yang luar biasa … betapa konsistennya sosok itu menasehati kita yang selalu berbuat salah dan selalu berulang kali kembali berbuat salah … betapa sosok itu setia menunggu ayah kembali dari aktifitas harian, kita pulang dari sekolah, menyiapkan makan … betapa setianya sosok itu menunggui saat kita sakit .. saat kita memerlukan kasih sayang …
Tidak ada nota yang ditagihnya …
Tidak ada pamrih yang dimintanya …
Tidak ada bayaran yang diharapkan …
Tidak ada kasih sayang yang akan putus …
Tidak ada kelelahan terbayang diwajahnya …
Tidak ada kebosanan membimbing kita terlukis dimatanya …
Pandanglah sosok itu … perhatikan kerut” diwajahnya … kerut yang menyiratkan goresan hikmah perjuangan … memperjuangkan kita
Perhatikan bibirnya … dari sana terucap do’a untuk kita … terucap nasihat terbaik untuk kita … terucap pengharapan untuk kita …
Perhatikan nada suaranya … selalu rendah .. mengalun merdu … menyanyikan kidung cinta dan kasih sayang … melantunkan syair kehidupan yang menuntun langkah kita …



Teman …
Marilah kita kembali ke masa lalu yang masih kita ingat …
Tengoklah kenakalan dan kebadungan kita yang menyusahkan sosok itu …
Dengarkan kembali hardikan dan kata” keras kita pada sosok itu …
Coba susunlah kembali bantahan” kita pada perintahnya yang sarat dengan kebajikan …
Hitunglah kemuliaan yang telah diberikan untuk kita …
Bandingkan dengan apa yang sudah kita berikan kepada sosok itu …
Bandingkan dengan kata” manis yang sudah kita suarakan untuk sosok itu …
Bandingkan dengan materi yang sudah kita berikan pada sosok itu …

TIADA BANDINGANNYA KAWAN …

Sosok itu adalah pendamping ayah kita …
Sosok itu adalah wanita agung yang ada di kolong jagat ini ..
Sosok itu adalah manusia yang PERTAMA – KEDUA – KETIGA, yang harus kita hormati .. baru ayah kita
Sosok itu adalah empunya surga di telapak kakinya …
Sosok itu menginspirasi Iwan Fals, Melly Gouslow, Koes Plus, ADA Band, The Beatles … melantunkan lirik dan syair
Sosok itu adalah … IBU .. MAMA .. EMAK .. MAMAK .. UMI .. BIYUNG .. MAMI .. SIMBOK .. BUNDA ..
Sosok yang harus kita dekati, kita hormati, kita manjakan, kita sanjung, kita beri dengan suara halus, kita cintai dan selalu kita do’akan
Mohon Maaf Ibu … atas kesalahan – kekasaran – kekurangajaran – kenakalan – kebadungan – ketidaksopananku …
Terimakasih … engkau tak bosan mendampingi kami …

Bantargadung, 18 Desember 2008 ... menjelang hari Ibu 22 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA