SERBA SERBI HATI (Sequel Ketiga)
Saat kita membaca tentang hati, ingatan kita pasti tertuju pada seonggok organ tubuh yang berwarna merah kecoklatan (akhirnya timbul satu warna baru : merah hati) dengan fungsi yang sangat vital, sebagai penyaring darah. karena berfungsi sebagai penyaring, sering kita ibaratkan hati itu sebagai sepasang ‘mata’ hidup seorang manusia.
“Kata Hati”, misalnya. Orang sering artikan sebagai sebuah pekataan milik jiwa yan paling bersih dan paling suci. Kata hati terkadang kita dijadikan sebagai penentu keputusan. Berbicara tentang hati, tentunya kita akan kaitkan dengan ‘Kalbu atau Nurani’. Kalbu atau Nurani diibaratkan sebagai bagian tubuh yang paling bersih dan suci, berkaitan dengan pusat kotrol seluruh aktifitas lahiriah dan bathiniah. Selanjutnya kita leburkan saja hal-hal yang berkaitan dengan kalbu atau nurani dengan satu kata “HATI”
Serba serbi tentang hati ini cukup bagus kita ulas untuk saling mencerahkan dan memahami tentang hati kita.
Sequel Ketiga
Mentelantarkan Hati
Permintaan seorang sahabat untuk membahas masalah Hati yang Terlantar.
Hampir semua dari kita sudah mengenal dengan kata terlantar, sesuatu yang tidak diurus – sesuatu yang tidak terurus – sesuatu yang tidak mau/tidak mampu mengurus sendiri. Sama seperti hati kita, hati yang terlantar terjadi karena kita merasa bahwa kita tidak memerlukan lagi hati yang berada dalam keadaan bersih atau hati yang berada dalam keadaan terjaga. Kondisi ini sangat riskan, karena akan menyebabkan hati menghilangkan keinginan beribadah sebagai perwujudan rasa syukur, hati menjadi begitu mudah tertular, hati menjadi begitu mudah tercemar, hati menjadi sangat rapuh, hati menjadi nelangsa dan hati akan menjadi jahat.
Hati yang terlantar ini dapat disebabkan karena dua faktor :
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
Faktor Internal merupakan faktor dari dalam diri yang mampu membuat hati kita tidak mau melakukan atau memikirkan hal-hal yang berkenaan dengan kewajiban manusia sebagai penjaga diri, alam semesta, sesama manusia dan bersyukur pada-Nya. Faktor internal ini banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal
Faktor Eksternal merupakan kejadian-kejadian, fenomena, momen atau sebuah tindakan yang kita terima sehingga kita menjadi manusia yang paling tidak berharga, menjadi manusia yang selalu sial, menjadi manusia yang tidak dapat menjadi siapa-siapa, menjadi manusia yang membebani orang lain, menjadi manusia yang hina dan nista, menjadi manusia yang akan kehilangan identitas dan menjadi manusia yang kehilangan jati diri/karakter
Beberapa sebah kita mentelantarkan hati, antara lain :
1. Cinta
2. Harta
3. Pengakuan/apresiasi
Cinta
Kata Doel Sumbang … “cinta itu anugrah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara bila tak ada cinta”. Sepenggal bait dari lagu Doel Sumbang yang saya suka. Betul adanya bahwa cinta akan membuat kita menjadi manusia paling waras sedunia atau menjadi manusia paling edan sedunia. Saat kita berada di tengah keluarga yang saling mencintai, saling menghargai, saling memberi, saling memperhatikan dan saling berkomunikasi, maka kita akan merasa menjadi manusia paling bahagia didunia. Betapa tidak, saat kita kembali kerumah setelah beraktifitas, sambutan keluarga dengan senyum yang tulus, segelas teh manis hangat, sentak riang menyambut kedatangan kita akan membuat kebagiaan dalam diri, hilangnya keletihan dan Hati yang Terpelihara.
Atau saat kita pulang saat liburan semester, disambut senyum ceria orang tua, disambut dengan makanan kesukaan, disambut dengan cerita gembira ala keluarga, didatangi handai tolan dan sebuah penerimaan hangat yang membuat kita kembali bersemangat dan terpacu untuk berprestasi demi keluarga tercinta.
Tentu hal ini akan berbeda dengan kita yang mungkin baru saja mengalami kejadian buruk, misalnya keluarga yang sibuk dengan aktifitas masing-masing, sehingga saat kita kembali setelah beraktifitas, kita mambuka pintu rumah, anggota keluarga kita sedang sibuk sendiri-sendiri dikamar masing-masing. Jangankan sajian makan malam hangat yang lezat, segelas air bening-pun belum tentu kita dapatkan. Keletihan sepanjang hari akan menambah penat dan langkah gontai akan terjadi pada kita.
Harta
Sesuatu yang terukur, dapat dinilai dan kasat mata. Bagi kita yang mengangap bahwa harta adalah pintu menuju kebahagiaan atau kita yang menganggap bahwa harta adalah salah satu penentu tingkat kebahagiaan seseorang, maka keberadaan harta akan memberi pengaruh besar terhadap terjaganya hati. Tetapi, bila suatu saat harta kita berada pada persediaan yang minimum atau kita kehilangan harta, maka akan dapat dipastikan .. kita menjadi limbung seakan langit runtuh
Pengakuan/apresiasi
“ah .. kalau hanya membuat seperti itu saja, anak kecil juga bisa” .. atau “kamu hanya punya IPK 2,8 – aku jelas 3,05. Kamu tidak akan bisa seperti saya” .. atau “masak kamu hanya dapat nilai sekian, lihat angka merahmu ada tiga. Bodoh sekali kamu”. Semuanya memberi arti ketidaakuan atas prestasi yang kita buat, tidak memberi apresiasi yang kita lakukan dan akan membuat kita menjadi manusia nelangsa.
Ketiga hal diatas akan menjadikan kita menterlantarkan hati kita. Kita merasa tidak berguna, merasa tidak diperhatikan, merasa diacuhkan, merasa tidak ada peranannya, merasa terbuang dan akhirnya kita menjadi penyendiri, kita merasa sebagai seorang serdadu yang ditinggal helikopternya sementara dibelakangnya perang menuju dirinya (seperti film RAMBO I). Ketidakkuasaan diri untuk melakukan recovery (perbaikan) akan membuat seluruh tubuh kita menjadi rusak, kita tidak mau lagi menghargai diri, kita tidak mau lagi memelihara tubuh, kita tidak mau menjadi manusia yang berkarya/berprestasi, kita tidak mau lagi menjadi manusia yang seutuhnya, rasa syukur kita akan lenyap dan kegelapan ada dihadapan kita … bergemuruh menuju diri untuk melingkup diri kita dengan kegelapan yang sangat dan abadi, naudzubillahimindzalik.
Tentunya, saat kita menemukan hal-hal yang buruk seperti diatas, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan :
1. Beribadah dan Bersyukur
Ibadah artinya kita berserah diri pada Sang Maha Pemberi, kita menyerahkan seluruh kehidupan kita. Keyakinan kita adalah “Dia tidak akan memberi ujian/cobaan yang tidak dapat dipecahkan hamba-Nya”. Tentunya dalam kondisi ini kita tidak hanya berpasrah diri, kita juga harus berpegang pada satu hal, bahwa “Dia tidak akan merubah nasib kita bila kita tidak mau berusaha merubah nasib kita” disamping tentunya sebuah penjelasan bahwa “keberkahan ada dan datang pada orang-orang yang sabar dan mau berfikir”. Jelaslah bahwa tiga hal yang akan mempermudah kita menuju Hati yang Terpelihara :
a. Ujian yang pasti bisa kita lewati
b. Usaha kita menyelesaikan permasalahan adalah kuncinya
c. Ujian dan usaha itu akan lahir atas dasar kesabaran dan kemauan kita berfikir
Ibadah yang kita lakukan setiap saat akan membuat hati kita terjaga dan kita akan mampu menjawab seluruh permasalahan dengan bantuan-Nya demi perwujudan rasa syukur kita
2. Berfikir Positif
Pemikiran positif yang merajai hidup kita akan membuat kita mampu memelihara hati dan tidak akan membuat hati kita terlantar. Andaikan kita berada pada kepositifan berfikir, maka kita tidak akan nelangsa manakala ucapan-ucapan :
“ah .. kalau hanya membuat seperti itu saja, anak kecil juga bisa”
Kita akan rubah menjadi : “saya harus melakukan lebih baik...” atau
“kamu hanya punya IPK 2,8 – aku jelas 3,05. Kamu tidak akan bisa seperti saya”
Kita akan rubah menjadi : “semoga pengalamanku berorganisasi mampu menjadi nilai tambahku” .. atau
“masak kamu hanya dapat nilai sekian, lihat angka merahmu ada tiga. Bodoh sekali kamu”
Kita akan rubah menjadi : “saya akan merubah tiga nilai merah ini menjadi nilai biru agar saya tiak bodoh lagi”
3. Segera Bangkit dan berubah
Saat kita menemui kejadian yang membuat kita mentelantarkan hati, kita harus segera bangkit dan merubah sikap kita agar hal-hal yang membuat kita terpuruk segera dapat kita rubah dan kita mampu meraih jati diri kita. Misalnya pernah ada seseorang yang merebut hati kita, dan kitapun telah menjatuhkan hati kita padanya, dan tanpa terduga dia lari dari kehidupan kita dan meningalkan luka di hati, kita yang telah menanamkan hati kita padanya akan merasa terluka dan nelangsa sehingga kita akan terlantarkan hati kita. Memang kita tidak akan mampu menipu hati yang telah begitu dalam diberikan, tetapi bukan hal yang mustahil bagi kita untuk kembali seperti dahulu, mengembalikan hati pada keadaan bersih dan sehat, kita harus segera bangkit dan berubah, berubah untuk tidak larut memikirkan dia, berubah untuk tersadar bahwa ada yang mengatur semua ini, dan inilah yang terbaik. Bukan tidak mungkin saat jalinan itu diteruskan kita akan menemui hal-hal yang lebih parah dari sebelumnya. Kita harus bangkit dan tetap berfikir, “Yang Maha Penyayang masih menyayangi aku, andai aku tetap dengannya, mungkin aku akan lebih nelangsa dan aku akan mentelantarkan hati lebih parah”.
Menterlantarkan hati hanya akan membuat kita semakin terpuruk dan tidak mampu berbuat apa-apa, hanya keyakinan dan semangat untuk segera memelihata hati, memberihkan hati, merawat hati dan membuat hati selalu ceria akan mengantarkan kita pada gerbang kebahagiaan
Selalu menunggu pencerahan …
Serba Serbi Hati akan hadir di sequel keempat …
20 September, 2009
Akhirnya Syawal …
Akhirnya Syawal ...
Akhirnya …. Kita selesai menggenapkan Ramadhan
Akhirnya …. Kita berhasil menghiasi Ramadhan
Akhirnya …. Kita berhasil mendapat hikmah Ramadhan
Akhirnya …. Ramadhan berhasil meninggalkan kita
Ramadhan …. Salah satu bulan yang menggilakan hikmah
Ramadhan …. Salah satu yang meninabobokkan kita dimasa siang
Ramadhan …. Salah satu bulan yang mentoleransi kekurangproduktifan kita
Ramadhan …. Salah satu bulan yang membuat kita tidak nyenyak tidur
Ramadhan …. Salah satu bulan yang membuat kita khatam Alqur’an
Ramadhan …. Salah satu bulan yang membuat bibir kita selalu melantunkan dzikir
Ramadhan …. Salah satu bulan yang membuat hati kita banyak bercakap tentang kebaikan
Ramadhan …. Salah satu bulan yang membuat berat badan terkendali
Ramadhan …. Salah satu bulan yang membuat masjid menjadi bangunan yang berguna dan penting
Ramadhan …. Salah satu bulan yang membuat seluruh panca indera kita selalu bermunajat
Bulan Ramadhan telah menyelesaikan tugasnya ….
Baikkah amalan kita?
Sempurnakah kebajikan kita?
Bertambahkan pahala kita?
Semakin bertaqwakah kita?
Bertambah besarkah THR kita?
Semakin bertambahkah baju baru kita?
Semakin besarkah rasa syukur kita?
Semakin berpijakkah kita di bumi keikhlasan .. menghirup udara keberkahan .. terselimuti keridloan?
Apapun hasilnya … Ramadhan 1430 H sudah berlalu …
Yaa ramadhan … akankah engkau kutemui tahun kemuka?
Yaa ramadhan … akankah engkau membanjiriku dengan hikmah yang bertambah tahun kemuka?
Yaa ramadhan … akankah aku kembali siap mempersolek harimu dengan ibadah?
Yaa ramadhan … akankah engkau mendamaikan dunia dengan kebajikan – keikhlasan – ketulusan?
Yaa ramadhan … benarkah aku berhasil mendapatkan Lailatul Qadarmu kali ini?
Yaa ramadhan … hanya harap pada Illahi Rabbi … agar aku bertemu kembali di tahun kemuka
Bulan ini telah berganti menjadi bulan Syawal …
Bulan baru ini menjadi sebuah pesta kemenangan …
Atas perlawanan terhadap diri sendiri, terhadap hawa nafsu, terhadap rasa ingin menguasai orang lain, terhadap kebusukan hati, terhadap kotornya pikir
Apapun hasil Ramadhan lalu, bulan ini adalah bulan yang membuat kita yang beruntung, kembali menjadi bayi … bayi putih yang akan kembali memaknai dunia dengan ibadah dan rasa syukur
Bulan syawal ini kembali terasa menyejukkan …
Bulan syawal ini kembali mendamaikan …
Bulan syawal ini kembali membersamakan …
Bulan syawal ini akan menyihir 10 bulan kemuka untuk membuat kita memiliki kualitas sebaik ramadhan …
Bulan syawal dan 10 bulan kemuka adalah cermin berhasil tidaknya kita di ramadhan tahun ini
Akhirnya syawal … akhirnya lebaran … akhirnya kita akan selalu setia pada hati dan pikiran yang istiqomah
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengenai Saya
- ekabees
- keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...