Semilir angin pagi menerpa rerumputan dan dedaunan disekitar kandang Pak Dullah. Dua ekor burung pipit ikut menikmati kuasa Illahi disebuah ranting pohon dadap tepat disamping kandang. Keduanya nampak merapatkan tubuh, saling menggosokkan bulu sayap dengan mesra dan berpanggutan rapat. Tampak paruh mereka bergerak-gerak sambil bercicit seakan terlibat pada suatu percakapan yang sangat serius.
Sang jantan tampak berkata pada betinanya, “lihat Bu, pak Dullah baru saja mengantarkan air susu ke Tempat Pengumpulan Susu (TPS) dan sekarang sedang memberi pakan untuk sapi-sapi perahnya yang dengan lahap memakan hijaunya rumput gajah”
“benar sayang … lihat semangat beliau yang berapi-api merawat ternaknya” timpal betina. Lanjut betina lagi, “lihat yang, beliau merawat ternaknya yang baru saja beranak .. duh, sehat dan montok pedetnya. Lihat yang, bulunya sama persis dengan induknya, belang hitam putih. Tampaknya betina yang, wah, senangnya pak Dullah, bertambah lagi calon penerus induk”.
“lihat yang”, kata sang jantan. “bu Dullah juga membantu mempersiapkan jerami untuk alas sang pedet dikandang khusus pedet, kompak sekali yang … seperti kita ..he..he”, sang jantan berkata sambil mengerling pada betinanya, jayus ya.
“pak Dullah memerah kolostrum untuk pedet dan memberikannya, wah .. lahap sekali pedet itu minum ASI ekslusif itu”, betina pipit itu menyahut.
Sang jantan menatap langit pagi yang biru sambil berguman, “peternak macam pak Dullah itu selalu melakukan kegiatan dengan semangat, pagi-pagi bangun .. mempersiapkan pemerahan, menakar air susu lalu mengantar ke TPS, demikian pula siangnya. Setiap hari memberi konsentrat dan pakan berserat, memberi minum pedet, mengajak ternaknya berjalan-jalan dan merawat ternak dengan penuh ketulusan”.
“benar yang”, timpal betina. “Bu Dullah juga selalu membantu .. coba tengok Maman, putra tertuanya yang sudah mahir melakukan Inseminasi Buatan sehingga pak Dullah dapat menjamin kelangsungan generasi ternaknya”, tidak mau kalah sang betina ikut merenung.
“Maman juga ikut menginseminasi ternak tetangga mereka, ahh… sungguh kompak komunitas peternak didesa itu yang”, sang jantan menambahkan.
Sang betina mencoba melakukan analisa, “andaikan komunitas peternak seperti pak Dullah dan kelompoknya dapat dibina dan dibimbing dengan baik, tentunya peternakan sapi perah akan semakin maju ya yang, juga bila mereka diberi pelatihan diberi informasi terbaru tentang usaha peternakan, tentunya kualitas air susu juga akan semakin meningkat”. Lanjutnya, “dengan ketersediaan air susu segar yang sangat sedikit ini, peluang meningkatkan peforma peternakan sapi perah merupakan tantangan dan kesempatan yang luar biasa. Kehidupan para peternak juga akan semakin meningkat dan taraf kehidupan mereka juga akan semakin baik yang”.
“benar yang”, kata sang jantan sambil merapatkan tubuhnya kebetinanya. “andaikan keberadaan peternakan rakyat dapat dibina dan diarahkan serta bimbingan yang tiada putus kepada mereka, akan semakin maju peternakan di negara ini”. “pemuda macam Maman akan semakin bersemangat menjadi generasi penerus para peternak dan generasi di desa ini tentunya akan semakin sehat karena air susu”
Tidak terasa matahari semakin tinggi, sebuah ajakan kecil dari sang jantan mengakhiri perbincangan pagi itu, “peternak harus menjadi subjek yang”.
“ayo yang, kita menikmati hari ini – anak-anak kita menunggu jewawut dari kita”, ajak sang jantan. Keduanya lalu terbang berdampingan menembus awan tipis menapak asa dan membangun harapan, setinggi harapan peternak sapi perah yang terus membangun hari depan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar