Alhamdulillah, kata yang spontan meluncur dari getar pita suara kita manakala kita menerima atau mendengar kita, orang lain, keluarga, orang tua, kakak, adik, sanak saudara, handai tolan, sepupu, tetangga, bangsa dan Negara menerima sesuatu yang menyenangkan. Atau ucapan lain, seperti terimakasih Tuhan, Syukur yaa Allah, serta belasan kalimat yang lain
Memang segala sesuatu yang melekat, terasakan, dinikmati, diterima sebagai buah aktifitas akan terasa menyenangkan dan membuat diri ini terhargai, dan akhirnya kita menjadi sangat menghargai Sang Maha Pemberi Nikmat.
Menghargai anugrah, berapapun besarnya, akan membuat kita ditambahkan nikmat, dilanggengkan nikmat dan disuburkan rasa cinta kepada Sang Maha Pemberi Kehidupan. Janji-Nya dalam kitab suci sangat jelas, Syukuri nikmat-Ku, maka kau akan aku tambah nikmat itu, engkau lecehkan nikmat-Ku … azabku sangatlah pedih. Baik nikmat yang ada di dunia saat ini atau nikmat yang akan kita terima pada kehidupan setelah mati kelak.
Saat kita BERGULUNG SYUKUR, sesuatu yang dahsyat melanda kita, menelusup kerelung sendi belulang kita, menembus sisi hati paling dalam dan memberi bisikan bahwa kita masih selalu disayang Sang maha Pemberi Hidup. Nikmat yang kita terima bukan hanya sesuatu yang enak secara kasat mata duniawi, boleh jadi ketidak enakan – ketidaknyamanan adalah nikmat terselubung yang akan kita sadari setelah kejadian itu berlangsung.
Ingat, Dia memiliki bergudang rahasia kehidupan untuk kita … dan itu semua adalah kenikmatan tiada tara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar