EMAS PUTIH RAKYAT, HARUSNYA BERKILAU INDAH
“Kasihan ya Pak”, kata induk merpati betina. “Coba lihat, Pak Ahmad dini hari sudah bangun, mengurus sapi laktasinya yang delapan ekor, empat sapi kering kandang dan empat pedet”, lanjut sang betina. “kenapa kasihan Bu?”, jawab Sang Jantan. “buktinya Pak Ahmad mampu menyekolahkan anak-anaknya, si sulung hampir masuk Perguruan Tinggi. Berarti usaha Pak Ahmad masih layak dilakukan”, lanjutnya. “Toh, Pak Ahmad tidak sendirian, Bu Ahmad dan ketiga anaknya selalu membantu, masih ditambah Tono yang khusus membantu di kandang”, imbuh Sang Jantan. “benar juga Pak, dengan duabelas induk dan empat pedet, Pak Ahmad dapat hidup cukup. Ditambah ketelatenan Pak Ahmad merawat semua sapi perahnya”, sambung Sang Induk.
Percakapan sepasang merpati yang tinggal di kotak kayu dekat kandang sapi perah Pak Ahmad memberi sepenggal cerita kehidupan peternak sapi perah rakyat Indonesia. Perkembangan sapi perah rakyat di Indonesia saat ini masih tertinggal bila dibandingkan dengan perkembangan sapi perah dunia yang semakin berkembang baik sisi teknis budidaya, reproduksi, manajemen, penanganan kesehatan sampai pengolahan air susu pasca panen.
Data jumlah penduduk Indonesia yang telah mencapai 220juta jiwa dan angka yang menyebutkan bahwa produksi susu Indonesia baru menyediakan 33% total kebutuhan pasar domestik, berarti ada 67% pasar potensial yang masih menganga.
Persusuan nasional seharusnya sudah memasuki usia dewasa, baik dari segi produksi maupun teknologi. Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai Induk Koperasi Primer Susu di Indonesia seyogyanya sudah dapat memberi sumbangsih nyata bagi kemajukan peternakan sapi perah Indonesia.
Permasalahan dan pengalaman yang ada membuat beberapa insan sapi perah Indonesia berinisiatif sendiri-sendiri agar tidak tertinggal dan dapat terus eksis dalam usaha sapi perah, seperti mengolah air susu menjadi produk olahan, misalnya susu pasteurisasi, tahu susu, krupuk susu, dodol susu, yoghurt, permen, karamel, keju dan produk olahan lainnya.
Bermuara pada upaya peningkatkan konsumsi protein perkapita dan pendapatan peternak rakyat, saatnya dilakukan upaya nyata, terarah dan terprogram oleh semua pihak untuk meningkatkan produktivitas ternak serta evaluasi menyeluruh sehingga monitoring produktivitas dapat terukur, kuantitatif maupun kualitatif.
SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya manusia (bukan hanya peternak semata, tetapi juga pada pembuat sistem dan konsep persusuan yaitu Pemerintah, akademisi, perusahaan peternakan dan Koperasi Susu) berperan dalam pelaksanaan manajemen usaha ternak yang menentukan keberhasilan usaha.
Dimulai dari pelaku langsung dilapangan, peternak sebagai ujung tombak usaha yang harus diberi pelatihan, transfer teknologi dan informasi. Pembiayaan kegiatan ini dapat diambil dari Pos Dana APBN/APBD, Pemerintah Daerah, Koperasi atau peternak itu sendiri. Pembiayaan tersebut menjadi sangat murah bila muatan-muatan yang diterima dapat diserap, dicerna dan diterapkan oleh peternak, dibarengi pendampingan dan arahan secara simultan yang berimbas pada peningkatan produktivitas ternak.
Pengurus Koperasi Susu seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilan mumpuni untuk disampaikan kepada anggota melalui pendidikan dan latihan langsung dilapangan sehingga budidaya ternak dapat efektif dan efisien. Pelatihan dan pendidikan bagi Staf Teknis Koperasi mutlak dilakukan selain studi komparasi dan transfer informasi.
Direktorat Jenderal Peternakan/Dinas Peternakan berperan lewat penyuluhan, pembinaan dan pendampingan kepada peternak. Petugas Penyuluh Lapangan diberi pendidikan dan latihan teknis peternakan maupun informasi kebijakan pemerintah.
Perguruan Tinggi dan Sekolah Menegah Kejuruan yang berhubungan dengan dunia peternakan, akan terus mencetak Sarjana, Ahli Madya atau tenaga terlatih untuk mengaplikasikan dan mengembangkan teori yang mereka terima di bangku pendidikan. Kurikulum yang sempurna, pola pengajaran yang baik dan informasi terbaru dunia peternakan tidak diragukan lagi akan menghasilkan tenaga-tenaga intelektual terdidik dan terlatih dalam mengembangkan persusuan Indonesia, baik sebagai wirausahawan atau tenaga karir.
MANAJERIAL, TEKNIS dan KEBIJAKAN PEMERINTAH
Bukan rahasia lagi bila perkembangan yang lamban peternakan rakyat salah satunya berasal dari aspek manajerial, teknis dan kebijakan pemerintah. Kegiatan budidaya yang baik dibarengi kebijakan Pemerintah yang kondusif tentunya akan memberi angin segar perkembangan peternakan sapi perah rakyat. Kebijakan pemerintah tidak boleh tumpang tindih untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi yang mengganggu perkembangan persusuan Indonesia.
Dinas Peternakan dan Balai-balai Penelitian (Balai Penelitian Ternak, Balai Veteriner, BPT-HMT) bertugas melakukan pembinaan, pengarahan serta transfer manajemen dan teknologi kepada peternak. Tengoklah kasus Brucellosis dan Anthrax yang mewabah di peternakan sapi perah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seandainya sebelum wabah terjadi dilakukan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat, bukan tidak mungkin ratusan peternak akan terselamatkan ‘asap dapurnya’. Ribuan hasil penelitian para ahli dalam dan luar negeri tentang teknis budidaya sapi perah, harus dapat disosialisasi dan diaplikasi oleh peternak. Sangat sayang bila pengorbanan waktu, tenaga dan tentunya biaya penelitian dan penyusunan program itu hanya menjadi tumpukan kertas belaka, tidak teraplikasi dan tersosialisasi kepada peternak rakyat. Pendampingan secara sinergis akan mempercepat bertumbuhnya jiwa profesionalisme peternak.
Profesionalisme peternak akan memberi dampak nyata bagi kesinambungan segitiga produksi (Bibit–Pakan-Manajemen). Peternak akan mendapatkan bibit ternak berproduktivitas tinggi, mampu memberi pakan berkualitas dan memiliki manajemen usaha yang baik.
Pihak Akademisi bidang Peternakan yang terus menetaskan para konseptor dan pelaksana teknis di lapangan merupakan asset berharga yang berpotensi membantu perkembangan persusuan Indonesia dengan cara memberi masukan berlandaskan teori-teori ilmiah yang aplikatif.
VISI DAN MISI
Pihak-pihak yang terkait dan berkompeten terhadap perkembangan dunia persusuan Indonesia harus segera berkumpul, menyatukan misi dan visi, mengesampingkan kepentingan masing-masing untuk melahirkan SATU KONSEP PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT.
Koleksi dan pemecahan permasalahan merupakan hal yang masih dilakukan secara parsial oleh masing-masing pihak. Permasalahan-permasalahan dilapangan melalui pemilahan objektif dan ilmiah akan melahirkan akar permasalahan yang dapat diselesaikan secara tuntas. Solusi-solusi jitu yang lahir melalui pemikiran banyak pihak dibarengi penyatuan persepsi, dikumpulkan sebagai bank data pemecahan masalah, sehingga saat timbul permasalahan sejenis dapat diambil tindakan yang cepat dan tepat.
Sistem baku yang luwes dalam mencari jati diri hakiki peternakan sapi perah Indonesia akan dapat dihasilkan dan akan terus bergulir semakin besar dalam menghasilkan Persusuan Indonesia yang mandiri dan berhasil. Evaluasi program akan menghasilkan masukan dan referensi penyempurnaan konsep yang mengkerucut pada satu keluaran pola baku persusuan Indonesia.
Sambil menerawang kelangit pagi seakan melihat lukisan digumpalan awan putih yang bergerak ditimpa matahari pagi dan merapatkan tubuhnya ke sang jantan, betina berkata, “alangkah indahnya ya pak, kalau peternakan sapi perah kita bisa berkembang dan memberi sumbangsih nyata bagi bangsa yang besar ini”. “Memang seharusnya begitu Bu, Emas Putih rakyat harusnya berkilau indah ...” sambut Sang Jantan memeluk belahan hatinya. Sepasang sejoli ini saling memandang dan bertatap mesra sambil menengok telur-telur mereka yang akan menetaskan generasi baru untuk melihat perubahan nyata persusuan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar