03 November, 2012
EKSPEDISI PULAU BURU 8 - 16 Oktober 2012
8 Oktober 2012 ... dini hari ini gw kembali menjejak di Terminal 1 A Bandara Internasional Soekarno Hatta. Sejurus udara dingin masih menerpa dan segera setelah menyelesaikan check in. Gw masuk ke ruang tunggu yang bener” kosong melompong. Menunggu sejam dua gak begitu lama karena gak lama kemudian gw check in. Siap”in minum, buku dan sedikit permen, meskipun gw tahu gak lama setelah ini pasti gw tidur. Setelah selesai pramugari” itu menjelaskan tentang prosedur keselamatan –gw selalu perhatiin mereka berpraktek meskipun dah sangat sering, gw cuma merasa bahwa mereka juga diperlu diperhatikan, berempati atas kerjakeras mereka menerangkan hal itu tentunya jauh lebih bermanfaat daripada sibuk sendiri .... Pay Attention, please
Bener aja, selesai mereka memperagakan hal” teknis itu, gw minum seteguk air ... langsung dah zzzzzzz telap gw, perjalanan 3,5 jam itu sangat sebentar dan gw dah bangun lagi tepat saat matahari dah mengintip di bumi Maluku.
Selesai bongkar bagasi, segera aja gw ke luar dan Pak Santi dah menunggu dengan Xenia biru telor asinnya. “koq ganti Pak?”, sahut gw yang agak kaget dengan Xenia itu, karena biasanya Pak Santi pake Kijang Innova. “Iya Pak, kemahalan setorannya, tidak kuat saya”, jawab Pak Santo sambil menyerahkan ticket parkir kepada petugas sambil bercanda. Seperti biasa, kopi hitam menjadi teman pagi dan sambil ngopi, gw koordinasi sama Mas Mono dari Mercy Corps terkait dengan rencana pembelian bibit pala dan cokelat dari Masohi.
Selesai ngopi, gw langsung ke kantor Mercy Corps di kota dengan melintas jalur pelayaran ferry Galala. Senyum ramah dan smabutan hangat di kantor Mercy Corps membuat pembicaraan dengan Mas Mono berlangsung lancar dan oke, sampai akhirnya tengah hari tiba dan gw harus ke Telehu buat mencapai Masohi dengan Kapal Cepat. Setelah kontak Pak Usman tentang rencana kedatangan gw, gw melangkah menuju Telehu, pelabuhan di ujung Utara kota Ambon setelah melewati wilayah resor Natsepa. Sampai Telehu jam 13.30, jadi lumayan deh nunggu sampai jam 16.00. kebetulan ada temen ngobrpl, Wawan, seorang dokter PTT di Masohi. Sedikit banyak bisa tahu deh tentang Maluku Tengah.
Sedikit terlambat keberangkatan, tetapi perjalanan kesana jauh lebih cepat, dan bikin Pak Usman stress ... karena ternyata gw dah sampe terlebih dahulu. Akhirnya Pak Ronny yang suruh jemput gw. Kota Masohi yang lumayan juga dari pelabuhan berhasil gw tempuh dan menginap di Hotel Tiara di kota Masohi yang kondisinya lumayan. Selesai bercakap” dan janjian besok pagi jam 08.00 WIT berangkat kelapangan, gw segera santai dan goler” santai. Malemnya gw makan pecel lele dan setelah ngobrol kesana kesini, ternyata ... yang jualan masih tetangganya Mas Abdoel di Widang – Tuban, langsung aja gw telp ke Mas Abdoel dan ngobrol” sama Nanang. Abis itu gw cari kartu perdana XL, mendadak XL gak bisa dipake, gak bisa buat nelp, kalau ada telp masuk langsung terputus, hadeeeeeehhh, ada” aja dah.
Akhirnya kecapekan gw tewas dah
Pagi” gw bangun dan setelah sarapan, jam 08.00 WIB, Pak Rony dah siap anter ke lokasi pembibitan pala dan cokelat. Perjalanan menuju lokasi Pembibitan yang memakan waktu sekitar 1 jam itu akhirnya sampai juga ke Desa Rutah – Kecamatan Amahai – Kabupaten Maluku Tengah. Model pemberdayaan yang cukup menarik. Bagaimana menjadikan binaan Mercy Corps ini menjadi petani pembibit tanaman Pala yang tangguh. Dengan sekitar puluhan pohon pala berumur lebih dari 50 tahun, mereka melakukan pembibitan dan menyiapkan plasma nutfah untuk mendukung Maluku menjadi “Land of Spices” ... lautan rempah”
Selesai dengan Pala, perjalanan sekitar 1 jam dilanjutkan ke Dusun Holo, Desa Banda Lama, Kecamatan Amahasi, Kabupaten Maluku Tengah. Bagaimana cokelat sudah dapat diokulasi sehingga mampu menghasilkan kualitas cokelat yang baik. Sebenarnya dusun ini lebih mampu memelihara pala seperti yang sudah dilakukan dilokasi mereka yang lama di Pulau Banda, relokasi transmigrasi membawa mereka ke Maluku Tengah dan membuat mereka disediakan tanaman cokelat yang sempat tidak mampu mereka urus. Saat ini merek sudah mampu berbangga, mampu menghasilkan bibit cokelat dengan buah yang oke serta mendirikan pusat pelatihan cokelat, sebuah prestasi membanggakan.
Kunjungan siang itu diakhiri dengan makan siang di pelabuhan Amahai sambil menunggu kapal cepat di kapal cepat dan tidur seenaknya. Sampai akhirnya jam 17.00-an sampai di Kota Ambon. Setelah saling berkontak dengan Pak Roy dari PrimaCom, sebuah jasa penyedia jaringan internet berbasis satelit. Sebentar transit, lalu berangkat dengan KMP Elizabeth II ke Namlea dengan harga kamar yang teruuuuuus naik, sekarang satu kamar menjadi Rp 500.000, padahal sebelumnya masih Rp 200.000 tahun lalu, benar” fenomena emas yang menggegerkan.
Bersama Pak Roy di dalam kapal Ferry diisi dengan tidur sampai merapat di Namlea. Akhirnya dini hari sesampai di Namlea, dengan ojek menuju rumah Mas Udin. Sebelum shubuh sampai di rumah Mas Udin, lalu kita berbincang” sejenak sampai pagi, lalu setelah ngopi” kita bergerak dengan sepeda motor menuju Waelo. Sasaran pertama adalah lokasi rumah Bu Sri Wahyuni untuk survey lokasi bagi PrimaCom untuk membuat kemungkinan pemasangan jaringan internet berbasis satelit. Selesai dari sana, pergerakan menuju Kepastoran Waelo, bersua dengan anak” asrama yang ternyata semakin bertambah dengan adanya anak laki” di Asrama. Sayang tidak bertemu dengan Pastor atau Frater. Selesai dari Kepastoran, gw – Mas Udin dan Mas Roy bergeser ke Mako, ada Pak Giyanto disana, pemasok bibit mahoni yang akan digunakan buat penanaman di Weflan. Selesai bercakap” akhirnya kita bergerak pulang ... tidak lupa isi bensin dulu sebelum sampai Namlea. Harga premium yang sedang gila”an ... Rp 10.000 di Namlea, Rp 15.000 di Waelo dan Rp 25.000 di tambang emas !! sebuah harga yang menakjubkan dan mencengangkan. Imbasnya di harga makanan, pecel ayam bergeser jadi Rp 25.000 per porsi, nasi goreng Rp 12.500 per porsi, cakep khan? Pak Roy pulang kembali ke Ambon malam itu, mungkin dah gak kuat sama kehidupan yang mahal” itu ya ..he.he
Tanggal 11 Oktober ... perjalanan pagi ini menuju Weflan, the land of Best Person ditandai dengan debu debu beterbangan – perjalanan yang diwarnai dengan bekas kebakaran hutan kayu putih. Sesampai di Weflan, bersama Pak Edy, kita menunggu Bapak Soa ... semilir angin membuat kantuk menyerang sangat. Pembicaraan dan survey lokasi untuk penanaman pala – cokelat dan mahoni sudah selesai dilaksanakan, kesulitan akan jonder menjadi penganggu aktifitas selanjutnya karena kayu eucaliptus sangat mudah sekali tumbuh dengan akar tinggalnya.
Perjalanan siang yang meninggalkan debu di celana dan membuat kotoran hidung cepat sekali berkumpul he.he..he
Sementara itu, hasil kontak dengan Pak Gunawan dan Pak Ridwan, utusan Pak Edy Permadi untuk pengamatan kemungkinan instalasi mikro hydro terus berjalan. Delay Batavia Air yang membawa Pak Gunawan, membuat perjalanan ke Namlea harus menunggu semalam lagi. Seharusnya mereka setibanya di Ambon dapat langsung menuju kapal cepat, sayangnya, karena delay mereka harus menggunakan kapal ferry untuk mencapai Namlea. Setiba di Namlea dan kita bercakap” sejenak, lalu kami bergerak menuju ke Kobalahin dan menyerahkan mereka pada Pak Tony untuk diarahkan survey lokasi. Keesokan harinya kami bergabung kembali di lokasi Metar. Sempat terjadi kasus dimana Pak Gunawan yang menggunakan motor sendiri harus kehilangan arah dan mencapai Metar sendirian, sementara Pak Tony dan Pak Ridwan kehilangan jejak lalu mondar mandir mencari Pak Gunawan, sampai akhirnya Pak Ridwan berhasil ditemukan dirumah Pak Agus ... akhirnya survey dilanjutkan.
Fenomena emas telah makin meluluhlantakkan setor sosial dan posikologis budaya masyarakat, beberapa masyarakat yang berhasil mendulang emas, secara ekonomi mampu menjadi komunitas yang berada, tetapi secara sosial sebenarnya mereka tidak sadar bahwa mereka mulai dipisahkan oleh jurang sosial dan pengerdilan nilai” budaya, betapa tidak, mereka bagaikan mendapatkan harta tiban dan dengan tak dinyana mereka mampu merubah kehidupan merekam tetapi mereka tidak mampu menjadi elegan dengan hal ini, bagaimana orang lain datang dengan kepintaran yang kebih canggih dari mereka mampu membuat mereka terlena dan melupakan ... rencana usaha bersama kelompok sempat akan gagal total, opsi untuk membubarkan kegiatan ditolak beberapa anggota yang tetap yakin akan perubahan yang lebih hakiki dan lebih nyata. Akhirnya diputuskan untuk mengembalikan kembali kejayaan usaha kelompok dengan keanggotaan yang lebih tegas.
Maju jalan selalu, mari berubah !!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
- ekabees
- keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar