MENAKAR KESERIUSAN PEMERINTAH cq
KEMENTAN RI
Akhir-akhir ini kita kembali disuguhkan dengan
sebuah keterbukaan tentang impor salah satu bahan balku pangan nasional, daging
sapi yang boleh jadi sarat dengan #kongkalikong bin #konspirasi yang berujung
#komisi, seharusnya pemerintah berani menampilkan deretan angka-angka importasi
ternak sapi dan daging beku serta prakiraan potensi #komisi yang dihasilkan
oleh sebuah mafia bernama MAFIA DAGING SAPI.
Boleh jadi kalau alasan pemerintah melakukan impor daging beku atau
ternak sapi ke Indonesia bukan melulu karena alasan kekurangan stok daging, hmm
.... ternyata ada yang lebih menggiurkan, #komisi berlipat ganda dengan seluruh
keuntungan pribadi diatas kebutuhan rakyat Indonesia. Tentunya Program Swasembada Daging Sapi 2014
yang digadang-gadangkan oleh Kementerian Pertanian Indonesia cq Direktorat
Jenderal Peternakan hanya sebuah label untuk mengamankan terjadinya arus impor
ternak dan produk peternakan??? Kalau itu sampai terjadi, naudzubillah ... segitu
teganya mereka “merampok” negara atas nama kebutuhan pangan rakyat. Atau hal ini pula yang membuat turn over
Direktur Jenderal Peternakan – Kementerian Pertanian RI sebegitu cepat, tidak
kurang empat nama Dirjen Peternakan menghiasi kepemimpinan dua Menteri di era
Kabinet Indonesia Bersatu jilid I dan II, wallahu ‘alam.
Terlepas dari masalah politik dan kepentingan
secara ekonomi, seharusnya kita segera bangkit dan bersatu untuk mengatasi
semua permasalahan ini. Mafia daging
yang sudah ada, mari diberangus dan pelakunya diminta secara sukarela untuk
menghukum diri. Oknum birokrat yang
selama ini mengakali peraturan untuk mendapatkan dana suap atau pelicin atau
apapun namanya segera turun dan melepaskan atribut Pegawai Negeri Sipil yang
terkenal dengan hastag #pengabdian pada bangsa dan negara, karena oknum PNS
seperti ini sudah termasuk kategori “Penghianat Bangsa” atau bisa juga di cap
sebagai “Teroris Pangan Nasional”.
#kedaulatanpangan dan #ketahananpangan harus
ditegakkan. Bagaimana Pak Dahlan Iskan
dengan inisiatif yang luar biasa mengembangkan ternak di belahan Timur
Nusantara, bagaimana PTPN VI Jambi mengembangan integrasi Ternak Sapi – Sawit dan
banyak pelaku agribisnis yang
mengabdikan keilmuan, waktu, tenaga dan biaya demi terpenuhinya hajat
dasar rakyat Indonesia, Swasembada Pangan.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah
KETERBUKAAN. Mari pihak-pihak yang berkenaan dengan permasalahan ternak sapi ini
semua berkumpul, jangan sampai Bapak Menteri Pertanian seperti dikutip dari www.kompas.com menyatakan tidak mengetahui
teknis impor daging sapi atau pihak kementerian perdagangan yang “baru” akan
memperbaiki perijinan impor setelah semuanya ketahuan (kalau tidak ketahuan,
mungkinkah ada perbaikan??). Keterbukaan
ini juga terkait dengan capaian yang sudah dilaksanakan seperti yang disajikan
data sensus ternak sapi tahun 2011 dengan biaya mencapai 200 milyar dan
berhasil mengantarkan Kepala BPS, Bapak Rusman Heriawan sebagai Wakil Menteri Pertanian
RI. Keterbukaan ini juga terkait dengan
regulasi pengembangan ternak sapi nasional serta keinginan menjadikan ternak
sapi Indonesia menjadi tuan rumah dinegeri sendiri
Hal berikutnya dalah PEMETAAN. Pada hasil awal
sensus disebutkan bahwa populasi ternak sapi potong berjumlah 14.805.053 ekor dengan prosentase ternak
jantan 31,85% dan ternak betina 68,15%. Dari
data ini kita sementara dapat menyimpulkan bahwa potensi negara ini dalam
melakukan #pembibitanternak sangat besar
dan layak menjadi pusat pembibitan ternak sapi.
Tetapi, kembali keseriusan pemerintah dalam melaksanakan hal ini sangat
rendah. Hampir setiap Dinas Peternakan
propinsi dan kabupaten memiliki Village Breeding Centre (VBC), tetapi berapa
banyak VBC yang beroperasi dengan baik dan menghasilkan bakalan?? Kebanyakan mangkrak
atau disewakan kepada peternak rakyat atau kapitalis peternakan dan tidak untuk
tujuan pembibitan ternak sapi. Pemetaan ternak
sapi melalui sensus dilakukan di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota, 6699
kecamatan, serta tersebar di 77.548 desa, dan melibatkan 105 ribu petugas.tersebut
merupakan satu langkah penting dalam mewujudkan Program Swasembada Daging
Sapi. Pemetaan Potensi juga akan
menghasilkan Pemetaan Kebutuhan Supply daging sapi
Setelah pemetaan dilakukan, selanjutnya PENENTUAN
wilayah #pembibitanternak dan #penggemukanternak sehingga penyediaan ternak
sesuai peruntukannya menjadi lebih efisien dan efektif. Misalnya : dilakukan #pembibitanternak di wilayah
perkebunan kelapa sawit yang di Sumatera, maka wilayah #penggemukanternak
dilakukan di Lampung yang natinya akan mudah dalam distribusi produk peternakan
ke Jawa.
TATANIAGA dan DISTRIBUSI merupakan salah satu momok
yang mengganjal perkembangan peternakan Indonesia. Pak Menteri menyatakan bahwa harga ternak sapi
yang mahal akan menguntungkan petani. Padahal
kalau beliau bersedia masuk kepedesaan,
petani mendapatkan imbas kenaikan harga tidak sebanding dengan hilangnya
potensi keuntungan akibat tataniaga yang rusak akibat mata rantai penjualan
yang tidak sehat. Kebanyakan tengkulak
atau pedagang sapilah yang mendapatkan keuntungan lebih banyak. Distribusi juga menjadi permasalahan yang
pelik, kualitas infrastruktur yang parah, misalnya : jalan raya juga menentukan
keberhasilan Swasembada Daging Sapi Nasional.
Perjalanan dari Jawa Tengah ke Jakarta yang biasanya dapat ditempuh 12 –
14 jam, saat ini harus ditempuh hampir 20 jam, terkadang lebih. Permasalahannya klasik, #perbaikanjalan yang
terjadi disepanjang jalur akibat ketidakjujuran dalam melakukan pembangunan
jalan.
Peternak Rakyat yang selama kini digadang-gadang
dengan menyebut mereka sebagai pejuangan pangan, ternyata hanya retorika yang
sama sekali tidak memiliki kebenaran disana.
Peternakan Rakyat dengan segala strategi yang disusun, dikerdilkan dan
dibiarkan bodoh sehingga sulit untuk dapat mengatur strategi usaha ternak
sapi. Pendampingan, pembinaan dan
peningkatan kapasitas peternak rakyat seharusnya sudah dilaksanakan sejak
dahulu dan membuat petani sebagai pengusaha, Petani Berjiwa Enterpreneur. Untuk ini diperlukan KELEMBAGAAN peternak
rakyat yang tangguh, misalnya koperasi.
Semua kendali hal tersebut diatas seharusnya berada
di tangan kementerian yang terkait dan menjadi sebuah cetak biru pengembangan
Swasembada Daging Nasional. Road Map
Swasembada Daging Sapi Nasional yang sudah disusun oleh Kementerian Pertanian
RI melalui Permentan nomor 19/Permentan/OT.140/2/2010
dengan rencana pembiayaan Rp 17,39 triliun dengan pola kegiatan yang ideal dan
masif. Pengawalan program yang tinggal
23 bulan ini seharusnya mendapatkan porsi yang tinggi karena terkait dengan
kemandirian bangsa untuk #kedaulatanpangan dan #ketahananpangan.
Tidak ada
kata terlambat, tetapi tidak ada kata menunggu untuk kembali kepada kecintaan
kepada bangsa dan negara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar