29 Mei, 2013

DAGING SAPI ... RIWAYATMU KINI

Daging Sapi …. Riwayatmu Kini

Ternak sapi, seperti ternak ruminansia lainnya merupakan supporting bagi kehidupan manusia melalui sumbangsihnya untuk memenuhi kebutuhan daging, susu dan ikutannya.  Sebagai salah satu sumber protein hewani masyarakat, daging sapi diperlukan untuk membentuk jaringan fikir generasi muda, meremajakan sel tubuh dan menjadikan diri sebagai sosok yang tangguh.  Keberadaan ternak sapi tentunya tidak dapat dipisahkan dari budaya masyarakat Indonesia yang hidup dari pertanian (masyarakat agraris).

Ternak sapi awalnya dipelihara oleh masyarakat sebagai peternakan belakang rumah (backyard farming) yang merupakan usaha sampingan, sebatas tabungan dan juga sebagai tolok ukur tingkat perekonomian penduduk.  Pertambahan penduduk, tidak ayal membuat peningkatan kebutuhan akan daging sapi terus bertambah.  Peternakan belakang rumah akhirnya mulai bergeser karena adanya perubahan paradigma ekonomi sehingga sisi kapitalis peternakan mulai terbentuk.  Ternak sapi mulai menjadi sebuah usaha ekonomi dengan melakukan penggemukan ternak.  Kegiatan pembibitan juga mulai bermunculan, meski masih dalam skala tradisional (dilepas dan digembalakan tanpa dijadikan sebagai usaha intensif).
Kandang ternak sapi berkapasitas menengah – besar mulai bermunculan dan mulailah terjadi kepastian supply and demand.  Permintaan daging sapi tidak mampu dipenuhi peternakan sapi dalam negeri sehingga mulailah terjadi hubungan dagang dengan negara luar untuk dapat mensupply ternak atau daging sapi ke Indonesia.  Australia merupakan salah satu negara yang mampu memasok ternak dan daging sapi di Indonesia.

Australia sebagai salah satu negara produsen ternak sapi sudah mampu melakukan kegiatan budidaya ternak secara integral dan komprehensif, selain dukungan topografi dan iklim wilayah yang mampu menumbuhkan tanaman legum (kacang-kacangan) seperti alfalfa (Medicago sativa) untuk supply pakan ternak.  Kondisi sub tropis Australia membuat alfalfa dapat tumbuh dengan baik dan tidak berebut dengan rumput liar serta gangguan rayap.  Jumlah ternak yang lebih banyak dari jumlah penduduk inilah yang menjadikan Australia mampu membuat ternak sebagai salah satu sumber devisa besar bagi negara.

Kita kembali ke Indonesia yang sampai saat ini masih memasang hastag#SwasembadaDagingSapi2014 yang sudah dipastikan tidak dapat direalisasikan oleh Kementerian Pertanian RI, termasuk hastag-hastag lainnya, seperti#GoOrganik2010 (dan semua program-program itu tidak ada yang mengevaluasi, sehingga hanya berhenti sampai di batas waktu antar rejim).

Program Swasembada Daging Sapi yang didengungkan Kementerian Pertanian Republik Indonesia sangat-sangat prematur dan seharusnya mampu dilakukan asalkan benar-benar dikembangkan penuh komitmen, misalnya :

1. Kemandirian Pembibitan Ternak Sapi
Permasalahan pengembangan ternak adalah penyediaan bibit sebagai sumber bakalan yang mampu secara berkelanjutan.  Sampai saat ini pembibitan masih dilakukan seperempat hati oleh pemerintah.  Proses ‘akal-akalan’ yang dilakukan oknum pengusaha yang bekerjasama dengan oknum birokrasi menjadikan program pembibitan hanya sebatas pelaksanaan tanpa hasil dan berakhir nihil (ingat dengan program pemasukan betina sapi potong seharga sapi potong dan program Sarjana Membangun Desa yang gagal total??).  Village Breeding Centre milik Dinas Peternakan patut dikembangkan sebagai slaah satu sumber bakalan dan juga daerah lain yang mampu menyediakan pakan yang  berkualitas, kontinyu dan ekonomis

2. Kemandirian Pakan Ternak Sapi
Pemeliharaan ternak tentunya memerlukan pakan sebagai salah satu bahan baku untuk menghasilkan produk peternakan sapi (daging, susu).  Proses integrasi pakan yang tidak dilakukan secara serius membuat ketersediaan pakan menjadi satu masalah yang terus dan terus berlanjut.  Badan Usaha Milik Negara mulai melakukan tindakan penyelamatan dengan melakukan usaha penggemukan ternak dan ini merupakan satu langkah bagus, tetapi proses integrasi dengan hasil samping usaha kegiatan BUMN tidak dilakukan secara optimal.  Misalnya, integrasi sawit – sapi sebenarnya mampu memberikan sumber pakan yang sangat cukup bagi ternak sapi atau integrasi tebu – sapi

3. Manajemen Usaha Ternak Sapi
Sebagai salah satu bagian Segitiga Produksi, manajemen usaha ternak kadang hanya dapat ditemui pada kandang-kandang besar, sementara peningkatan kapasitas peternakan rakyat diabaikan.  Atau memang inilah sebuah model konspirasi untuk mengkapitalisasi usaha ternak sapi sehingga nantinya ternak sapi hanya menjadi usaha pemodal besar atau memang inilah salah satu cara untuk mengubah Indonesia sebagai negara pengimpor ternak dan daging sapi?
Manajemen usaha ini sangat penting dilakukan, termasuk kesehatan dan reproduksi ternak

4. Tataniaga
Selalu dan selalu permasalahan tataniaga produk pertanian menjadi momok bagi pengembangan usaha pertanian/peternakan.  Ketidakmapuan pemerintah dalam mengatur tataniaga produk pertanian, membuat harga produk selalu ditentukan oleh satu atau beberapa stake holder tertentu dan hal ini pastinya akan membuat harga produk melambung tidak terkendali.  Kebijakan penyelesaian masalah tataniaga oleh pemerintah, kebanyakan berada dibawah kendali stake holder tertentu.  Itikad baik pemerintah untuk mengatasi dan mengatur tataniaga produk pertanian/peternakan/perkebunan merupakan satu langkah penting.
Daging sapi akan turun menjelang Ramadhan dan akan meningkat di awal - pertengahan Ramadhan lalu turun menjelang Idul Fitri dan akan meningkat kembali harganya bukan karena produksi ternak dalam negeri, tetapi kembali karena kran impor dibuka dan jumlahnya tidak pernah turun secara signifikan, hanya memindah kuota dari jadualnya dan menambah kuota dengan alasan kekurangan stok (lagu lama yang selalu dirilis ulang)

5. Kelembagaan
Di Indonesia, kelembagaan petani atau peternak atau pekebun hanya akan menjadi sebuah legitimasi atas pengangkangan Kapitalisme Kerakyatan.  Hal ini terjadi karena lembaga yang terbentuk hanya menjadikan pengurusnya sebagai raja kecil yang menjadikan anggotanya selalu tertindas dan tidak dapat berbuat apa-apa.  Tengoklah koperasi susu di Indonesia yang kebanyakan oknum pengurusnya menjadi salah satu dari mafia susu, yang memeras peternakan rakyat.

6. Komitmen dan Berkelanjutan
Tentunya komitmen dan sebuah program berkelanjutan menjadi hal penting dalam menjadikan ternak sapi sebagai salah satu sumber protein hewani yang secara ekonomis mampu menguntungkan peternak pembibit, peternak penggemukan, pemotong, penjual daging dan produsen.
Berkelanjutan berarti pelaksanaan secara terus menerus dan tidak terkendala masalah rejim atau urusan lain, seperti urusan politik.
Ternak sapi adalah Rojo Koyo, siapa yang memiliki ternak lebih banyak, maka dia adalah negara yang kaya dan siap bersaing sebagai negara yang berkedaulatan pangan.  Jangan pernah terbuai dengan jargon ketahanan pangan, tetapi berkomitmen dan berketetapan untuk berkedaulatan pangan.

Salam moooo

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA