22 April, 2009

NGULIK POLITIK




NGULIK-NGULIK POLITIK
(sebuah kenyataan ditengah harapan mengambang)

Sebuah pesta yang bernama demokrasi sedang dilakukan bangsa yang tengah berada dalam garis kebimbangan. Pesta yang menelan dana seratusan triliun lebih ini sangat sarat dengan kenistaan. Betapa tidak, limabelasan petaruh tidak berangkat menuju kursi empuk meski sebagian dari mereka telah menghabiskan uang tabungan, dan mungkin harus berhutang – menghabiskan waktu dengan menduakan muka serta bersenyum-senyum ria mengharap belaskasih orang lain agar mau memilih mereka, begitu gagal –sebagian dari mereka terganggu susunan syaraf pusatnya sehingga syaraf motorik bergoyang kesana kemari, antara otak kanan dan kiri semakin tidak kompak sehingga para psikiater dan psikolog laris manis menormalkan kembali sebagian anak bangsayang keblinger itu. Setelah berhasil, sebagian dari mereka memiliki tugas utama, mengembalikan modal dan tugas pokok menambah pundi-pundi harta untuk bertarung pada masa lima tahun kemuka, tugas sambilannya adalah berkumpul, interupsi, tepuk tangan diselingi tidur dan jalan-jalan lengkap dengan fasilitas yang luar biasa, tentunya gengsi yang semakin menanjak.
Itu skala pribadi, skala global lokalnya … terbentuknya kutub-kutub golongan yang katanya berseberangan dan kemudian menyempal, lalu beramai-ramai berbisik-bisik, bergendu-gendu rasa, menyalahkan event organizer, berkumpul dari hotel ke hotel, menulis-nulis diatas kertas tentang berbagai strategi memperebutkan kekuasaan, lengkap dengan pembagian kue sesuai dengan porsi sumbangan pemikiran dan dana, bila tidak masa saling ‘mutung’ dan persekongkolan itu jadi bubar. Sementara golongan yang sedang diatas angin tidak mau kuasanya diganggu, serta merta menyindir dan mengajak bertarung secara kesatria. Yang sedang kalah mengancam untuk tidak datang ke lokasi laga dengan alasan, aturan mainnya tidak jelas dan tahapan ke partai laga penuh dengan konspirasi.
Setelah semuanya terjadi, jutaan komentar (termasuk tulisan ini juga ..he..he) bergaung dimana-mana, layar kaca membuat program tentang demokrasi, mailing list, blog, opini diradio dan mediacetak serta obrolan ringan yang semakin berat di kafe sampai warung pinggir jalan bahkan sambil ronda bergulir mengisi kemeriahan pesta demokrasi itu.
Padahal, setelah semuanya selesai … situasi akan kembali normal .. golongan yang menang akan menguasai – sementara yang kalah akan menjadi oposan yang mencari kesalahan … penonton, warga kebanyakan kembali dan kembali seperti asalnya, tiada perubahan sedikitpun pada ranah kehidupan warga negara yang semakin baik mengikuti aturan dan semakin bijak karena bayar pajak. Rakyat dipaksa menjadi jajahan penguasa, menjadi sapi perahan yang harus mengikuti aturan main para pelaku demokrasi yang konon, cinta negara, bercita-cita memakmurkan negara, mempersatukan bangsa, ketahan pangan, iklim perekonomian yang kondusif … yah, kembali hanya beberapa penguasa saja yang berkomitment teguh, yang lainnya sama saja,memperkaya diri dan golongan.
Akhirnya, kemali sebuah kenyataan harus dierima Ibu Pertiwi untuk terus bermimpi dan berharap meski semuanya mengambang … terapung

Colomadu 22042009

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA