Resep Ketiga : Masalah … no way – Hikmah … yes !!
Anda pernah mengalami masalah? … pasti. Kita semua selalu akan menghadapi permasalahan. Entah masalah yang ringan atau masalah yang berat. Entah masalah dengan diri pribadi sendiri atau masalah dengan keluarga – kawan – kolega – musuh – tetangga – handai tolan – orang tua – istri – suami – anak – adik – kakak dan dengan pihak lain … yang kesemuanya itu pasti sangat tidak mengenakkan.
Masalah yang timbul dapat berupa sebuah perselisihan, kurang komunikasi, hutang piutang, pelanggaran, penyelewengan, perselingkuhan, pengingkaran, perebutan kekuasan, perebutan harta, perebutan popularitas dan seabrek akar permasalahan yang menimpa.
Masalah yang datang ada yang tidak setiap saat, misalnya hanya setahun sekali (seperti orang yang kontrak rumah atau status pekerjaannya masih kontrak, pastinya menjelang tenggat kontrak berakhir, kegelisahan yang akan menimbulkan masalah akan muncul) dan permasalahan yang datang silih berganti, bertubi”, sampai kadang kita merasa bahwa hidup kita serasa orang paling sial sedunia, atau kita merasa Yang Maha Kuasa tidak sayang pada kita, atau kita sebagai tumbal atas kesalahan/permasalahan orang lain.
Permasalahan yang timbul, pastinya akan meledakkan batas” kesabaran kita, kita menjadi gelisah, mudah marah, merasa paling mudah membenci/dibenci, merasa selalu menjadi inti pandangan orang lain yang bernilai negatif dan akibatnya kita menjadi sulit tersenyum, kurang nafsu makan, turun kinerja, melemahkan silaturahmi, mencari sasaran pelampiasan serta kita menjadi manusia paling aneh sedunia.
Saya pernah mengalami hal” tersebut diatas, saya menjadi orang yang sering ‘menempelkan alis’, menjadi orang yang membalik lekuk bibir, menjadi pemimpin yang mencap pekerjaan anak buahnya adalah salah dan menjadi manusia tidak menyenangkan dirumah bagi keluarga. Sungguh suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan bagi kita dan oranglain.
Kala itu saya juga sering diberikan kalimat” penyejuk, macam : sabar ya, tenang ya, sudahlah, came on …, lupain aja deh, nanti aku bantu deh dan bermacam” kalimat untuk meredakan amarah. Saat itu biasanya saya bukannya bereaksi positif, saya malah bertambah ‘muntab’ … emosi menjadi semakin menjadi .. akibatnya orang” menjauh dari diri saya.
Untunglah saya masih memiliki malam … masih boleh berkawan dengan sepi … masih dapat melakukan perenungan … masih menyimpan energy untuk mengendapkan seluruh yang ada dalam pikiran – kepala – hati yang pastinya sedang menggelegak.
Sambil memandangi malam dan menulis langit kelam dengan pena mata, biasanya saya mendapatkan beberapa hal sebagai berikut :
1.Cabut Masalah dari Akarnya. Sering kita mengalami permasalahan karena kita tidak pernah mengoprek permasalahan sejak akarnya. Kita hanya memandang dan mencoba menyelesaikan permasalahan hanya kulitnya saja. Misalnya, kita memiliki permasalahan dengan keuangan kita. Yang kita oprek hanya bagaimana kita mendapatkan tambahan uang agar permasalahan kita selesai, sampai” kita mungkin akan menghalalkan segala cara, termasuk korupsi atau mencuri sekalipun, naudzubillahi min dzalik. Ok, permasalah itu mungkin akan selesai, tetapi karena mental kita tidak kita latih untuk menyelesaikan akar permasalahnnya, tentunya permasalahan itu akan kembali datang dan mungkin akan berada pada level yang kian parah. Padahal kita harusnya menilik lebih dalam, kenapa kita sampai memiliki permasalahan financial. Boleh jadi rencana kita akan keuangan yang tidak matang, beban penggunaan dana berlebihan, kita terlalu bangga dibilang dermawan padahal kitan sendiri bobrok atau lingkungan kehidupan yang menuntut kita meninggikan style tetapi menghancurkan cash flow. Itulah sebenarnya akar permasalahan yang perlu kita selesaikan. Ambil secarik kertas, guratkan tinta pena diatasnya dengan sebuah jalan keluar untuk mencicil permasalahan keuangan sehingga kita akan dapatkan sebuah tenggat waktu, bahwa seluruh tanggungan kita akan lunas. Kemudian kita coret” kembali, akar permasalahan yang membuat kita terkena krisis, setelah kita menemukan lanjutkan dengan membuat sebuah rencana pengendalian cash flow, misalnya dengan mengatur keperluan bulanan, memperkecil pengeluaran yang dianggap kurang perlu, memperbanyak tabungan, menambah kinerja, menambah frekuensi aktifitas usaha atau menurunkan level kehidupan pada posisi yang sesuai tetapi kelakuan kita tetap terhormat (boleh dong, mundur selangkah untuk berlari seribu langkah kemudian). Kesabaran kita dalam mengurai permasalahan akan membuat nilai” kearifan dalam diri terkuak dan siap ditaburkan untuk orang” disekeliling kita
2.Badai Pasti Berlalu, almarhum Chrisye melantunkan lagu yang direpackage oleh Ari Lasso dengan sarat makna. Saat kita punya permasalahan, lantunkan saja … Badai … Pasti Berlalu, kelegaan akan merasup dalam pemikiran kita, tetapi dengan catatan bahwa kita sudah berupaya sekuat tenaga, berusaha dengan keras atau berikhtiar dengan sepenuh hati. Bila sudah demikian penyerahan diri atau tawakkal yang kita lakukan hanya menunggu respon positif saja, setidaknya atmosfer dalam diri sudah dilingkup aura positif untuk membantu kita berangkat dari terjangan badai permasalahan. Jangan sampai kita hanya menunggu mukzizat, keajaiban dari langit .. nilai kepasrahan yang kita tebarkan sesungguhnya ranjau yang siap meledak kapanpun. Ingatlah, dalam kesempitan ada kemudahan, juga dalam setiap kemudahan ada kesempitan. Kesabaran kita melakukan ikhtiar akan melahirkan sebuah nilai tawakkal yang luar biasa. Kita akan semakin kuat menghadapi badai yang datang kemudian
3.Letakkan permasalahan diluar system berfikir kita. Kadang saat kita memiliki maslaah, kita dengungkan kepada banyak orang bahwa kita memiliki masalah sehingga kita memaksa pemakluman mereka akan sebuah mindai, bahwa kita sedang memiliki masalah, maka boleh untuk tidak diganggu, boleh untuk tidak melakukan kinerja sebagaimana mestinya, boleh marah”, boleh” lain yang menunjukkan betapa kerdilnya kita. Pencampur adukan masalah yang ada dalam diri kita lebih karena kita meleburkan masalah itu pada seluruh organ tubuh kita, kita menjadi lemah, kita tidak lagi menjadi professional. Harusnya, biarkan permasalahan itu ada diluar alam pemikiran terdalam kita, biarkan permaslaah itu tertata rapi pada lemari problema, terstruktur berdasarkan skala priorotas dan peruntukannya. Lalu kita pilah setiap masalah, kita selesaikan satu persatu sampai keakarnya dengan nilai ikhtiar dan tawakkal yang harusnya luar biasa, karena kita adalah sosok yang menghebohkan. Setelah selesai permasalah itu, letakkan dia pada rak solusi, dimana seluruh jalan keluar permasalahan kita simpan. Jikalau kita mendapatkan permasalahan yangsama, maka akan dengan mudah kita ambil jalan keluar itu dan kita modifikasi sesuai dengan titik permasalahan kita. Meletakkan permasalahan diluar, memilahnya, menyelesaikan dan meletakkan jalan keluarnya di lemari solusi adalah nilai kesabaran yang sangat hebat
4.Masalah … no way – Hikmah … yes !!. apa yang kita rasakan setelah pemetaan permasalahan, nilai tawakkal dan kepiawaian kita menyelesaikan masalah tercapai, sebuah poin hikmah. Hikmah … nilai suci milik Sang Maha Pemberi sebagai poin penting manusia dalam mengarungi lautan kehidupan, belajar di universitas kehidupan, terbang di angkasa kehidupan, menjelajah di bumi kehidupan, menembus inti bumi kehidupan. Hikmah yang mengalir akan melahirkan nilai” kesabaran dalam diri … nilai” hakiki kemanusiaan … nilai” terhormat dalam martabat
5.Komunikasikan seluruh pemetaan permasalahan kepada orang” yang terkait dengan hal itu atau melalui pihak ketiga, agar seluruh permasalahan dapat tuntas. Kadangkala kita anggap persoalan ini sudah selesai, sementara pihak lain merasa belum diinformasikan sehingga timbul penilaian berbeda dan akan merambat kepihak” lain dan menjadi opini publik yang sangat tidak menguntungkan bagi hubungan kedua belah pihak
Bukan hal yang mudah menerapkan Trilogy Therapy Kesabaran ini. Sayapun terus berupaya melakuka therapy ini terus menerus .. kadang lupa, kadang tanpa sadar melanggar adalah hikmah yang saya terima. Pencerahan untuk kita semua dari masing” kita adalah nilai luar biuasa dalam kehidupan kita. Karena Saya/Anda/Dia Tidak Sepintar KITA SEMUA …
Wassalam … keep on istiqomah
12 Juli, 2009
THERAPY KESABARAN 2
Resep Kedua : Alihkan mindai kita ……
Sebagian besar dari kita pasti pernah berurusan dengan jasa pelayanan publik, entah itu antri ticket karcis angkutan umum saat mudik, antri di Bank (seperti yang menginspirasi Mas Jay sehingga menghasilkan tulisan yang luar biasa), antri membayar listrik, antri membayar SPP, antri membeli formulir Perguruan Tinggi, antri memasuki salah satu wahana di Dunia Fantasi dan segala sesuatu yang membuat kita berada dalam sebuah deretan panjang manusia karena kita memiliki tujuan diujung antrian atau harus mengantarkan ibu – istri – tante belanja di pasar atau mencari baju di Mall. Kondisi itu membuat kita berada pada zona BERHENTI DI BERJALANNYA WAKTU … kita merasa menyia”kan waktu … kita merasa berada pada situasi yang tidak nyaman … akhirnya kadang emosi merajai pemikiran kita dan mungkin kita kehilangan akal sehat kita.
Nilai emosi yang kita lakukan boleh jadi dengan amarah yang meluap, dengan ngedumel” tidak jelas, memprovokasi orang lain untuk juga ikutan emosi, atau kemungkinan paling ekstrem adalah melakukan tindakan anarkis. Jelas hall ini membuat kita menjadi sangat tidak produktif, sangat tidak intelek, sangat tidak menunjukkan nilai eksistensi sebagai manusia bermartabat. Pengalaman saya saat mengantri yang menyebabkan emosi terjadi saat saya akan membayar karcis tol disuatu ruas jalan tol, dimuka saya terlihat deretan panjang kendaraan karena baru saja berlibur akhir pekan, saya dengan orang tua – adik” dan paman. Sekitar 20-an mobil ada dimuka saya, setelah sekitar 5 mobil didepan saya, mendadak lampu indikator diatas gerbang tol dilajur saya menyala merah, beberapa satpam tol berada ditengah lajur dan gerbang masuk tol mulai turun dan mnutupi lajur, Pergantian Shif Petugas … waooo, dengan beringsut” saya dan rombongan kendaraan lainnya bergerak kelajur lain sesuai arahan satpam, tetapi tiba” saja kondisi menjadi sangat tidak terkendali, beberapa kendaraan dibelakang saya mendadak menyerobot sehingga terjadi saling kunci untuk menuju pintu tol, bunyi klakson berkali” memekakkan telinga. Akhirnya setelah berhasil mencapai lajur yang benar, kembali mobil bergerak … emosi yang sempat menggelegak, kembali menggelegak manakala mobil dimuka saya yang sedang membayar tol, sibuk bercakap” dengan petugas tol menanyakan sebuah arah tujuan. Karena ketidak sabaran saya, akhirnya saya tekan klakson kuat” sampai akhirnya mobil itu bergerak maju. Sambil ngomel” saya membayar pintu tol, sedikit saya perhatikan raut kelelahan petugas tol yang melayani saya. Setelah sampai dirumah, saya berehat sejenak dikamar sambil memainkan remote televisi sementara pikiran saya melambung kembali pada peristiwa di gerbang tol tadi … saya merasa bersalah telah melakukan tindakan bodoh tadi. Suasana mobil yang tadinya ceria karena celetukan” dan guyonan memang senyap saat kejadian kisruh di gerbang tol itu, sampai di rumah. Kondisi tubuh sayapun sangat lebih lelah akibat akselerasi kendaraan yang lebih cepat dari gerbang tol menuju rumah.
Salah satu pelajaran tadi membuat saya memiliki bahan untuk melakukan therapy sabar saat antri. Beberpa therapy yang saya lakukan adalah :
1.Menenangkan pikiran, saya berusaha berada pada situasi tenang saat berada dalam antrian. Ketenangan ini saya atur sejak berangkat dari rumah. Saya janjiikan dalam hati bahwa saya harus tenang, saya tekadkan dalam kalbu bahwa pikiran saya harus semeleh, saya simpan dialam bawah sadar saya bahwa selama saya memegang setir saya harus tenang. Ketenangan ini saya implementasikan antara lain dengan memutar musik dan menikmati situasi jalan serta berbincang” dengan kawan perjalanan akan sesuatu yang menyenangkan. Saat berada dalam antrian da ada yang meyerobot, saya tetap enjoy karena bathin ini merasa tenang
2.Menghargai pengguna jalan yang lain, kesadaran saya bahwa jalan ini bukan hanya saya yang menggunakan saya patri dalam otak kecil saya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa saat saya berada di jalan umum, maka saya harus menghargai pengguna jalan yang lain, mulai sesama kendaraan bermotor sampai delman atau sepeda onthel. Saat antri di traffic light dan saya menggunakan mobil, saya berusaha berada beberapa meter dibelakang marka jalan, agar kendaraan roda dua dapat menempati barisan terdepan. Juga bila saya menggunakan kendaran roda dua, saya selalu berusaha menjalankan kendaraan dengan santai dan berada disisi kiri jalan (jalur lambat). Beberapa kali saya coba, hasilnya cukup mengagumkan, saya merasa enjadi manusia terhormat karena tidak ada kendaraan yang sewot dengan sata juga sebaliknya
3.Alihkan mindai kita, saat berada di zona ketidaknyaman saat mengantri panjang, saya merubah mindai dalam pikiran saya untuk melakukan tindakan yang lain. Misalnya saya bercakap dengan sesama kolega, atau saya membaca buku, atau melihat siaran televise, atau berselancar di internet –check email atau up date fb- dan aktifitas lain yang menyenangkan dan membuat kita berada di kondisi yang berbeda. Tahun 2000-an saya berkenalan dengan buku yang berjudul Piece of Mind … saya baca – dengarkan CD-nya … sampai akhirnya tidak hanya hal” yang menyenangkan yang saya dapat lakukan, saya mampu menyetel jam bangun saya sesuai dengan keinginan. Melalui latihan yang berulang”, saat ini saya sudah sering bangun menjelang pukul 04.00 WIB … bahkan saya pernah beberapa kali mampu melakukan setting alam mimpi saya ..he..he.. menyenangkan sekali, atau saat sedang bermimpi indah dan terjaga, kemudian tidur kembali, beberapa kali saya mampu mencari mimpi yang terputus dan melanjutkan sesuai dengan ending yang saya inginkan, silahkan coba … mengasyikkan.
Resep kedua saya untuk berada pada zona yang nyaman manakala kita berada dalam antrian boleh dijadikan referensi, atau bila ada pengalaman lain, kita dapat berbagi. Sampai bertemu di Therapy Kesabaran 3 dari trilogy Therapy Kesabaran saya berikutnya. Keep on istiqomah
Sebagian besar dari kita pasti pernah berurusan dengan jasa pelayanan publik, entah itu antri ticket karcis angkutan umum saat mudik, antri di Bank (seperti yang menginspirasi Mas Jay sehingga menghasilkan tulisan yang luar biasa), antri membayar listrik, antri membayar SPP, antri membeli formulir Perguruan Tinggi, antri memasuki salah satu wahana di Dunia Fantasi dan segala sesuatu yang membuat kita berada dalam sebuah deretan panjang manusia karena kita memiliki tujuan diujung antrian atau harus mengantarkan ibu – istri – tante belanja di pasar atau mencari baju di Mall. Kondisi itu membuat kita berada pada zona BERHENTI DI BERJALANNYA WAKTU … kita merasa menyia”kan waktu … kita merasa berada pada situasi yang tidak nyaman … akhirnya kadang emosi merajai pemikiran kita dan mungkin kita kehilangan akal sehat kita.
Nilai emosi yang kita lakukan boleh jadi dengan amarah yang meluap, dengan ngedumel” tidak jelas, memprovokasi orang lain untuk juga ikutan emosi, atau kemungkinan paling ekstrem adalah melakukan tindakan anarkis. Jelas hall ini membuat kita menjadi sangat tidak produktif, sangat tidak intelek, sangat tidak menunjukkan nilai eksistensi sebagai manusia bermartabat. Pengalaman saya saat mengantri yang menyebabkan emosi terjadi saat saya akan membayar karcis tol disuatu ruas jalan tol, dimuka saya terlihat deretan panjang kendaraan karena baru saja berlibur akhir pekan, saya dengan orang tua – adik” dan paman. Sekitar 20-an mobil ada dimuka saya, setelah sekitar 5 mobil didepan saya, mendadak lampu indikator diatas gerbang tol dilajur saya menyala merah, beberapa satpam tol berada ditengah lajur dan gerbang masuk tol mulai turun dan mnutupi lajur, Pergantian Shif Petugas … waooo, dengan beringsut” saya dan rombongan kendaraan lainnya bergerak kelajur lain sesuai arahan satpam, tetapi tiba” saja kondisi menjadi sangat tidak terkendali, beberapa kendaraan dibelakang saya mendadak menyerobot sehingga terjadi saling kunci untuk menuju pintu tol, bunyi klakson berkali” memekakkan telinga. Akhirnya setelah berhasil mencapai lajur yang benar, kembali mobil bergerak … emosi yang sempat menggelegak, kembali menggelegak manakala mobil dimuka saya yang sedang membayar tol, sibuk bercakap” dengan petugas tol menanyakan sebuah arah tujuan. Karena ketidak sabaran saya, akhirnya saya tekan klakson kuat” sampai akhirnya mobil itu bergerak maju. Sambil ngomel” saya membayar pintu tol, sedikit saya perhatikan raut kelelahan petugas tol yang melayani saya. Setelah sampai dirumah, saya berehat sejenak dikamar sambil memainkan remote televisi sementara pikiran saya melambung kembali pada peristiwa di gerbang tol tadi … saya merasa bersalah telah melakukan tindakan bodoh tadi. Suasana mobil yang tadinya ceria karena celetukan” dan guyonan memang senyap saat kejadian kisruh di gerbang tol itu, sampai di rumah. Kondisi tubuh sayapun sangat lebih lelah akibat akselerasi kendaraan yang lebih cepat dari gerbang tol menuju rumah.
Salah satu pelajaran tadi membuat saya memiliki bahan untuk melakukan therapy sabar saat antri. Beberpa therapy yang saya lakukan adalah :
1.Menenangkan pikiran, saya berusaha berada pada situasi tenang saat berada dalam antrian. Ketenangan ini saya atur sejak berangkat dari rumah. Saya janjiikan dalam hati bahwa saya harus tenang, saya tekadkan dalam kalbu bahwa pikiran saya harus semeleh, saya simpan dialam bawah sadar saya bahwa selama saya memegang setir saya harus tenang. Ketenangan ini saya implementasikan antara lain dengan memutar musik dan menikmati situasi jalan serta berbincang” dengan kawan perjalanan akan sesuatu yang menyenangkan. Saat berada dalam antrian da ada yang meyerobot, saya tetap enjoy karena bathin ini merasa tenang
2.Menghargai pengguna jalan yang lain, kesadaran saya bahwa jalan ini bukan hanya saya yang menggunakan saya patri dalam otak kecil saya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa saat saya berada di jalan umum, maka saya harus menghargai pengguna jalan yang lain, mulai sesama kendaraan bermotor sampai delman atau sepeda onthel. Saat antri di traffic light dan saya menggunakan mobil, saya berusaha berada beberapa meter dibelakang marka jalan, agar kendaraan roda dua dapat menempati barisan terdepan. Juga bila saya menggunakan kendaran roda dua, saya selalu berusaha menjalankan kendaraan dengan santai dan berada disisi kiri jalan (jalur lambat). Beberapa kali saya coba, hasilnya cukup mengagumkan, saya merasa enjadi manusia terhormat karena tidak ada kendaraan yang sewot dengan sata juga sebaliknya
3.Alihkan mindai kita, saat berada di zona ketidaknyaman saat mengantri panjang, saya merubah mindai dalam pikiran saya untuk melakukan tindakan yang lain. Misalnya saya bercakap dengan sesama kolega, atau saya membaca buku, atau melihat siaran televise, atau berselancar di internet –check email atau up date fb- dan aktifitas lain yang menyenangkan dan membuat kita berada di kondisi yang berbeda. Tahun 2000-an saya berkenalan dengan buku yang berjudul Piece of Mind … saya baca – dengarkan CD-nya … sampai akhirnya tidak hanya hal” yang menyenangkan yang saya dapat lakukan, saya mampu menyetel jam bangun saya sesuai dengan keinginan. Melalui latihan yang berulang”, saat ini saya sudah sering bangun menjelang pukul 04.00 WIB … bahkan saya pernah beberapa kali mampu melakukan setting alam mimpi saya ..he..he.. menyenangkan sekali, atau saat sedang bermimpi indah dan terjaga, kemudian tidur kembali, beberapa kali saya mampu mencari mimpi yang terputus dan melanjutkan sesuai dengan ending yang saya inginkan, silahkan coba … mengasyikkan.
Resep kedua saya untuk berada pada zona yang nyaman manakala kita berada dalam antrian boleh dijadikan referensi, atau bila ada pengalaman lain, kita dapat berbagi. Sampai bertemu di Therapy Kesabaran 3 dari trilogy Therapy Kesabaran saya berikutnya. Keep on istiqomah
THERAPY KESABARAN
Resep Pertama : Biarkan mereka mendahului ……
Sabar ya Pak … sabar ya Bu … sabar ya Mas .. sabar ya Mbak … sabar ya Dek … sabar ya … sering kita mendapatkan ungkapan tentang perlunya kita bersabar … dalam kitab suci-pun nilai kesabaran juga kita sering baca atau dengarkan saat pengajian … terutama saat memasuki bulan Ramadhan, untuk yang muslim … para pemberi pelajaran agama selalu mengatakan untuk kita selalu bersabar.
Diri saya sendiripun termasuk orang yang tidak sabaran … ketidaksabaran saya biasanya akan saya ledakkan melalui nilai” emosional yang cukup jelas dirasakan oleh orang” sekeliling saya. Nilai emosional saya sangat terasa karena saya mengkaitkan dengan hati. Yang saya rasakan nilai emosional itu terjadi karena menyangkut harga diri yang dinjak” sehingga saya harus melawan dan menjadi pemenang … emang dasar manusia kalee.
Keumuran ini seakan memaksa saya untuk melakukan sebuah nilai” yang berbeda dalam hidup … saya mencoba merenung dan mengendapkan nilai”, tahapan” yang harus saya lalui agar saya dapat bersabar .. akhirnya saya memulai dari aktifitas yang sering saya lakukan … berkendara … resep pertama saya, saya namakan BIARKAN MEREKA MENDAHULUI
Saat saya berkendara, entah dengan sepeda motor atau dengan kendaraan roda empat, kolega” saya yang juga mengendarai kendaraan sering memiliki tingkah laku yang tidak pada tempatnya (pastinya mereka juga memandang saya sedemikian saat saya melakukan hal itu dulu). Berada pada jalur cepat, ugal”an, berkecepatan tinggi, mendahului seenaknya sampai berhenti pada tempat yang tidak diperbolehkan atau menerobos marka jalan … suatu kondisi yang biasa dilakukan … saat ada kolega saya dijalan mendahului, maka saya akan serta merta tancap gas dan mencoba mendahului mereka sampai pernah saya kebut”an dengan mereka dijalan hanya karena masing” tidak ingin berada dibelakang … beruntung saya baru kecelakaan lalulintas dua kali, entah bila harus ketiga kalinya … kedua kecelakaan itu membuat saya harus berurusan dengan dokter bedah tulang karena tulang kaki saya patah .. kecelakaan pertama, tulang kering dan betis saya yang patah, kecelakaan kedua, gentian tulang paha saya yang patah. Untuk keluarga dan perusahaan saya jelas itupun sebuah kerugian … secara materi, mulai kendaraan yang rusak sampai biaya pengobatan … sisi non material, mulai dari keadaan moril merek yang rontok, sampai kekhawatiran mereka akan ‘kehilangan’ manusia berkualitas macam saya (ciiieee). Endapan” itulah yang membuat saya mencoba meramu resep therapy kesabaran.
Kesabaran saya ujikan dijalan … saat saya berkendara saya melakukan beberapa therapy, yaitu :
1.kecepatan normal (kisaran 60 – 80 km/jam – dijalan raya yang kosong, seperti jalan raya Solo – Boyolali atau Klaten – Yogyakarta. Kalau di Jalan Jenderal Soedirman saat pagi hari … jangan harap ya ..he..he), kecepatan ini membuat kita mampu mengendalikan kendaraan sepenuhnya, entah bermanuver kiri-kanan, entah melakukan pengereman dengan langsam, entah melakukan aktifitas pengamatan terhadap situasi lalulintas dan aktifitas lain yang menyamankan kita berkendara. Saat kondisi sedemikian, pikiran kita sangat ayem sekali … kita dapat tenang, dapat menikmati alunan lagu yang menyapu relung” gendang telinga atau berbincang dengan lebih fokus. Jangan buru” dan kebut”an .. kita tidak sedang berkejaran dengan Jeson Button atau Jorge Lorenso atau Ananda Mikola, kita sedang berkendara sambil mententramkan hati
2.mengalah untuk nyaman … ungkapan ini saya plesetkan dari “mengalah untuk menang” … di jalan raya saat kita akan keluar dari gang menuju jalan raya (terutama saya alami selama berkendara di Solo dan sekitarnya sampai seputaran wilayah di Jawa tengah dan Jawa Timur), sangat sedikit kendaraan yang ada di jalan raya memberi kita kelapangan untuk dapat menyeberang masuk ke lajur di jalan raya. Jangankan kendaraan bermotor yang berakselerasi lebih tinggi, sepeda dan becak-pun kadang kala ‘tancap pedal’ yang penting kita tidak menyeberang dihadapan mereka. Bila sudah demikian, biasana saya dengan tetap bersenandug riang, memajukan moncong kendaraan sedikit demi sedikit sampai keleluasaan tercipta, baru saya menyeberang. Grasa-grusu sambil ngomel” akan membuat kita nyaman dan adrenalin kita menggelegak menciptakan emosi, akhirnya ketenangan kita akan terganggu.
3.biarkan mereka mendahului … kalimat ini saya jadikan ikon … karena kita yang masih berdarah dingin ini seringkali merasa ‘diremehkan’ manakala kita didahului oleh kendaraan lain … biasanya kita serta merta memacu kendaraan lebih cepat … kita menambah akselerasi putaran mesin karena keinginan kita, “tidak mau berada pada pihak yang kalah” … agar kita menjadi orang yang sabar, biarkan saja mereka mendahului, setting dalam pikiran kita, “ah, beliau pasti sedang terburu” wawancara sehingga harus cepat” .. atau “ah, mereka pasti sudah tidak kuat menahan untuk buang air, sehingga harus ngebut untuk sampai di jamban” …. atau “ah, dia pasti akan terlambat ke sekolah, karena ada ulangan umum” … banyak kalimat” yang akan mententramkan hati dan pikiran kita sehingga kita akan merasa nyaman”: saja saat ada kendaraan yang mendahului
4.konsisten akan hati dan kepala yang dingin … separah apapun provokasi dalam diri kita … konsistensi kita untuk tetap cool akan menjadi jaminan kesabaran kita
Akhirnya … saya mengutip kata” ayah saya dan salah seorang guru kehidupan saya (Ir. Suharto, MS) … “Berangkat Lebih Awal, Tidak Tergesa”, Selamat Sampai Tujuan”
Sampai bertemu di Resep Kedua saya dalam trilogy resep menjadi sabar … selamat mencoba dan kita ambil referensi atas ini
Sabar ya Pak … sabar ya Bu … sabar ya Mas .. sabar ya Mbak … sabar ya Dek … sabar ya … sering kita mendapatkan ungkapan tentang perlunya kita bersabar … dalam kitab suci-pun nilai kesabaran juga kita sering baca atau dengarkan saat pengajian … terutama saat memasuki bulan Ramadhan, untuk yang muslim … para pemberi pelajaran agama selalu mengatakan untuk kita selalu bersabar.
Diri saya sendiripun termasuk orang yang tidak sabaran … ketidaksabaran saya biasanya akan saya ledakkan melalui nilai” emosional yang cukup jelas dirasakan oleh orang” sekeliling saya. Nilai emosional saya sangat terasa karena saya mengkaitkan dengan hati. Yang saya rasakan nilai emosional itu terjadi karena menyangkut harga diri yang dinjak” sehingga saya harus melawan dan menjadi pemenang … emang dasar manusia kalee.
Keumuran ini seakan memaksa saya untuk melakukan sebuah nilai” yang berbeda dalam hidup … saya mencoba merenung dan mengendapkan nilai”, tahapan” yang harus saya lalui agar saya dapat bersabar .. akhirnya saya memulai dari aktifitas yang sering saya lakukan … berkendara … resep pertama saya, saya namakan BIARKAN MEREKA MENDAHULUI
Saat saya berkendara, entah dengan sepeda motor atau dengan kendaraan roda empat, kolega” saya yang juga mengendarai kendaraan sering memiliki tingkah laku yang tidak pada tempatnya (pastinya mereka juga memandang saya sedemikian saat saya melakukan hal itu dulu). Berada pada jalur cepat, ugal”an, berkecepatan tinggi, mendahului seenaknya sampai berhenti pada tempat yang tidak diperbolehkan atau menerobos marka jalan … suatu kondisi yang biasa dilakukan … saat ada kolega saya dijalan mendahului, maka saya akan serta merta tancap gas dan mencoba mendahului mereka sampai pernah saya kebut”an dengan mereka dijalan hanya karena masing” tidak ingin berada dibelakang … beruntung saya baru kecelakaan lalulintas dua kali, entah bila harus ketiga kalinya … kedua kecelakaan itu membuat saya harus berurusan dengan dokter bedah tulang karena tulang kaki saya patah .. kecelakaan pertama, tulang kering dan betis saya yang patah, kecelakaan kedua, gentian tulang paha saya yang patah. Untuk keluarga dan perusahaan saya jelas itupun sebuah kerugian … secara materi, mulai kendaraan yang rusak sampai biaya pengobatan … sisi non material, mulai dari keadaan moril merek yang rontok, sampai kekhawatiran mereka akan ‘kehilangan’ manusia berkualitas macam saya (ciiieee). Endapan” itulah yang membuat saya mencoba meramu resep therapy kesabaran.
Kesabaran saya ujikan dijalan … saat saya berkendara saya melakukan beberapa therapy, yaitu :
1.kecepatan normal (kisaran 60 – 80 km/jam – dijalan raya yang kosong, seperti jalan raya Solo – Boyolali atau Klaten – Yogyakarta. Kalau di Jalan Jenderal Soedirman saat pagi hari … jangan harap ya ..he..he), kecepatan ini membuat kita mampu mengendalikan kendaraan sepenuhnya, entah bermanuver kiri-kanan, entah melakukan pengereman dengan langsam, entah melakukan aktifitas pengamatan terhadap situasi lalulintas dan aktifitas lain yang menyamankan kita berkendara. Saat kondisi sedemikian, pikiran kita sangat ayem sekali … kita dapat tenang, dapat menikmati alunan lagu yang menyapu relung” gendang telinga atau berbincang dengan lebih fokus. Jangan buru” dan kebut”an .. kita tidak sedang berkejaran dengan Jeson Button atau Jorge Lorenso atau Ananda Mikola, kita sedang berkendara sambil mententramkan hati
2.mengalah untuk nyaman … ungkapan ini saya plesetkan dari “mengalah untuk menang” … di jalan raya saat kita akan keluar dari gang menuju jalan raya (terutama saya alami selama berkendara di Solo dan sekitarnya sampai seputaran wilayah di Jawa tengah dan Jawa Timur), sangat sedikit kendaraan yang ada di jalan raya memberi kita kelapangan untuk dapat menyeberang masuk ke lajur di jalan raya. Jangankan kendaraan bermotor yang berakselerasi lebih tinggi, sepeda dan becak-pun kadang kala ‘tancap pedal’ yang penting kita tidak menyeberang dihadapan mereka. Bila sudah demikian, biasana saya dengan tetap bersenandug riang, memajukan moncong kendaraan sedikit demi sedikit sampai keleluasaan tercipta, baru saya menyeberang. Grasa-grusu sambil ngomel” akan membuat kita nyaman dan adrenalin kita menggelegak menciptakan emosi, akhirnya ketenangan kita akan terganggu.
3.biarkan mereka mendahului … kalimat ini saya jadikan ikon … karena kita yang masih berdarah dingin ini seringkali merasa ‘diremehkan’ manakala kita didahului oleh kendaraan lain … biasanya kita serta merta memacu kendaraan lebih cepat … kita menambah akselerasi putaran mesin karena keinginan kita, “tidak mau berada pada pihak yang kalah” … agar kita menjadi orang yang sabar, biarkan saja mereka mendahului, setting dalam pikiran kita, “ah, beliau pasti sedang terburu” wawancara sehingga harus cepat” .. atau “ah, mereka pasti sudah tidak kuat menahan untuk buang air, sehingga harus ngebut untuk sampai di jamban” …. atau “ah, dia pasti akan terlambat ke sekolah, karena ada ulangan umum” … banyak kalimat” yang akan mententramkan hati dan pikiran kita sehingga kita akan merasa nyaman”: saja saat ada kendaraan yang mendahului
4.konsisten akan hati dan kepala yang dingin … separah apapun provokasi dalam diri kita … konsistensi kita untuk tetap cool akan menjadi jaminan kesabaran kita
Akhirnya … saya mengutip kata” ayah saya dan salah seorang guru kehidupan saya (Ir. Suharto, MS) … “Berangkat Lebih Awal, Tidak Tergesa”, Selamat Sampai Tujuan”
Sampai bertemu di Resep Kedua saya dalam trilogy resep menjadi sabar … selamat mencoba dan kita ambil referensi atas ini
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengenai Saya
- ekabees
- keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...