SERBA SERBI HATI (Sequel Keempat)
Saat kita membaca tentang hati, ingatan kita pasti tertuju pada seonggok organ tubuh yang berwarna merah kecoklatan (akhirnya timbul satu warna baru : merah hati) dengan fungsi yang sangat vital, sebagai penyaring darah. karena berfungsi sebagai penyaring, sering kita ibaratkan hati itu sebagai sepasang ‘mata’ hidup seorang manusia.
“Kata Hati”, misalnya. Orang sering artikan sebagai sebuah pekataan milik jiwa yan paling bersih dan paling suci. Kata hati terkadang kita dijadikan sebagai penentu keputusan. Berbicara tentang hati, tentunya kita akan kaitkan dengan ‘Kalbu atau Nurani’. Kalbu atau Nurani diibaratkan sebagai bagian tubuh yang paling bersih dan suci, berkaitan dengan pusat kotrol seluruh aktifitas lahiriah dan bathiniah. Selanjutnya kita leburkan saja hal-hal yang berkaitan dengan kalbu atau nurani dengan satu kata “HATI”
Serba serbi tentang hati ini cukup bagus kita ulas untuk saling mencerahkan dan memahami tentang hati kita.
Sequel Keempat
Menata Hati
“Prang !!!” … bunyi yang ditimbulkan manakala piring atau gelas atau benda kaca lain terjatuh di atas pemukaan keras dengan gaya grafitasi besar. Akibatnya, barang itu akan hancur berantakan menjadi beberapa bagian besar atau kecil. Barang dari beling itu jatuh dan hancur dapat disebabkan karena dilakukan orang lain atau kita sendiri yang melakukan dan dapat karena disengaja atau memang bukan karena disengaja, tetapi yang jelas barang beling itu tetap saja hancur. Sama seperti hati kita, pasti suatu waktu ada hal yang membuat hati kita menjadi hancur, bisa karena orang lain bisa juga karena perbuatan kita sendiri. Ada hal yang sama antara hati dengan sebuah piring atau gelas yang hancur, saat dilem kembali atau disembuhkan tetap akan meninggalkan bekas, tetapi perbedaan yang paling hakiki adalah hati dapat kembali sembuh total, sementara barang pecah belah itu tetap terlihat bekasnya.
Semua dari kita pasti pernah merasakan hati yang hancur, dengan berbagai sebab : mulai dari masalah pelajaran sekolah, pekerjaan, hubungan antar manusia sampai hubungan dengan Sang Maha Pencipta. Nilai pelajaran sekolah yang jelek, akan membuat kita serasa tidak berguna dan masa depan yang suram. Prestasi pekerjaan yang tidak memuaskan pimpinan sehingga kita ditegur mereka juga dapat menjadi faktor hati yang hancur. Saat kita ditegur atau diberi peringatan oleh orang tua atau orang yang kita cintai, kita merasa sebagai manusia yang tidak berguna dan hati kita seakan berantakan. Mungkin juga kita sempat merasa hancur hati kita karena Sang Maha Pemberi ternyata tidak memberikan apa yang kita inginkan, tidak mengabulkan apa yang kita minta atau kehidupan kita tidak sesuai dengan rancangan hidup yang sudah kita buat.
Nilai emosional yang kita miliki terkadang menguasai kita sehingga kita seakan lupa dengan satu hal yang ada dibalik itu semua:HIKMAH. Nilai emosional kitalah yang membuat hati kita serasa hancur berantakan, merasa tersakiti, merasa tertipu, merasa hidup ini tak berguna, merasa menjadi manusia paling menderita, merasa manjadi tidak berharga dan merasa menjadi hamba yang tidak disayang pemiliknya.
Pengendalian nilai emosional merupakan satu tahapan penting yang harus kita lakukan. Nilai emosi yang kita kedepankan sebenarnya tidak perlu, kita hanya akan sebatas menunjukkan arogan kita, ketidakdewasaan, kelemahan dan ketidakterimaan diri pada nilai-nilai kehidupan. Pengendapan dan menanggapi dingin akar permasalahan yang muncul akan memudahkan kita dalam menata hati yang sebelumnya hancur. Nilai emosional hanya akan menghabiskan energy kita karena kita akan terlalu sibuk mengobral arogansi sehingga kita melupakan kebesaran jiwa dan kita menjadi terlihat kerdil.
Keyakinan atas nilai kehidupan. Sebagai manusia yang menjalani kehidupan dengan penuh semangat, keyakinan kita akan nilai-nilai kehidupan merupakan hal terpenting dalam menghadapi permasalahan. Saat nilai diri berada pada zona ketidaknyamanan, ketidakenakan dan ketidaklapangan maka kita harus merasakan nilai-nilai ketetapan yang hakiki dimana kehidupan manusia adalah utuk merasakan nilai yang penuh dengan keyakinan dan semangat. Melalui penilaian kehidupan yang kuat, maka semangat dan keyakinan kita untuk selalu berada pada nilai-nilai kehidupan yang sempurna akan membuat kita mampu mengatasi permasalahan.
Hikmah pada setiap sisi perjalanan hidup. Sang Maha Pemberi selalu menelurkan kuasaNya pada setiap kehidupan manusia. Manusia adalah pelaku, subjek dan merupakan pemberi apresiasi agar Dia mudah dalam menentukan perjalanan kehidupan kita. Setiap perjalanan kehidupan yang kita laksanakan akan menemui etape-etape yang menjadi jalur kita. Pada akhir etape kita akan menorehkan kualitas kita menempuh perjalanan, boleh jadi kita seharusnya harus mengevaluasinya. Terkadang kita tidak perduli dengan evaluasi, kita terjebak pada suatu kondisi bahwa Perjalanan Kehidupan Terus Berlangsung padahal bukan hanya itu, kita juga harus pastikan bahwa setiap etape perjalanan mengandung hikmah yang akan membuat kita matang, dewasa dan mengerti arti kehidupan. Saat kita mendapatkan nilai buruk pada kertas ujian, kita seharusnya mengambil hikmah bahwa kita kurang menguasai pelajaran tersebut, hikmahnya kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas penguasaan kita atas pelajaran tersebut untuk menghadapi ujian mendatang dan menggunakan kualitas penguasaan keilmuan itu untuk kehidupan sehari-hari.
Pengendalian emosi, keyakinan atas nilai kehidupan dan hikmah pada setiap sisi perjalanan hidup adalah hal-hal yang akan membuat hati kita selalu berada dalam kondisi terbaik dan nilai spiritual yang berada sebagai nilai hakiki manusia dapat lebih mendominasi kehidupan yang menceriakan.
Tetaplah istiqomah bersama hati yang gembira …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar