31 Desember, 2011
REVOLUSI
RESOLUSI 2012 adalah sebuah REVOLUSI
Merubah segala sesuatu yang telah kita lakukan
Merubah sikap dan kebiasaan yang menjadi budaya
Merelakan ego kita terlebur sedikit demi sedikit
Membiarkan pikiran kita tergerogoti paradigma
Menjamahkan diri pada dunia yang berbeda
Mencairkan emosi dalam sebuah suasana berbeda
Melontarkan diri dalam kawah pembiasaan yang berbeda
Merevolusi diri dengan satu tujuan : Lebih Baik – Lebih Manstaf – Lebih Maju – Lebih Elegan – Lebih Bermartabat – Lebih Menarik – Lebih dapat Berbagi dan ..... Lebih Baik
Label:
2011,
2012,
berbagi,
egoisme,
lebih baik,
lebih elegan,
lebih manstaf,
martabat,
resolusi,
revolusi
26 Desember, 2011
Tanam Satu Pohon
Sebuah Gerakan Konservasi Daerah Aliran Sungai akan dilaksanakan pada 01 Januari 2012 tepat pada pergantian tahun. Gerakan #tanamsatupohon diawali melalui serangkaian perbincangan yang mengalir melalui jejaring sosial twitter, membentuk sebuah komunitas berkarakter kebersamaan dengan hagstag #srudukers
Awalnya melalui sebuah program #srudukfollow yang dimotori Mas Zainal @jayteroris Abidin kemudian banyak hastag yang bergulir, mulai dari #tanamsatupohon, #gerakanmushollabersih, #berkahberbagi, #investasiair dan banyak hastag pembawa semangat kebersamaan
Kali Pesanggarahan yang merupakan salah satu DAS di Jakarta sampai saat ini masih diperjuangkan kelestariannya oleh Bang Idin dengan ketiadaputus untuk terus merawat vegetasinya. Gerakan #tanamsatupohon akan melakukan penanaman beberapa pohon, seperti : jamblang, sawo, jambu mete, durian, sukun, rambutan, mangga, glodogan, mahoni dan beberapa tanaman lainnya. DAS Kali Pesanggrahan adalah DAS awal yang akan di tanami pohon, selanjutnya pada tanggal 8 Januari akan dilanjutkan ke DAS Ciliwung.
Bagi rekan-rekan yang ingin berpartisipasi, dapat datang pada acara yang akan dilaksanakan -insya Allah- mulai tanggal 31 Desember 2011 bertempat di Situ Gintung – Ciputat. Selepas Isya’, dilanjutkan dengan longmarch sejauh 15-20km menuju Taman Kota Karang Tengah - Lebak Bulus. Acara dilanjutkan dengan Taddabur Alam oleh Bang Idin sekaligus renungan pergantian tahun.
Ba'da Shubuh tanggal 1 Januari 2012 keesokah harinya, akan dilakukan provokasi oleh Mas @jayteroris dan selanjutnya dilakukan penanaman pohon di Hutan Kota Karang tengah dan DAS Kali Pesanggrahan, acara direncanakan berakhir tengah hari.
Bagi rekan-rekan yang memiliki kepedulian penuh terhadap #tanamsatupohon dan berkeinginan untuk berpartisipasi sebagai orang tua asuh bagi tanaman yang ditanam mulai tinggi 1 meter sampai 3 bulan kemudian (atau tanaman sudah dianggap establish/mapan) dapat menyisihkan dana sebesar Rp 50.000 per pohon. Dana dapat ditransfer via Bank BCA 4121471269 a/n Fida Febrina .... Mohon kirimkan pemberitahuan transfer kepada Ibu Fida Febrina (081280226868 atau 085697481102) atau Bapak AGUS BAIHAKI (08176466392)
e-mail srudukers : @gmail.com
twitter : @SRUDUKFOLLOW, @abaihaki1, @fidafebrina
Mari berinvestasi kehidupan masa depan dan wujudkan kasih sayang pada keceriaan alam
Label:
bumi,
investasi air,
kepedulian,
penghijauan,
tanam satu pohon,
udara
25 Desember, 2011
NEO SHOLAWAT
Neo Sholawat
Album : Neo Sholawat
Munsyid : Snada
http://liriknasyid.com
Prelude (Choir):
Allahuma shali ala Muhammad
Ya Rabbi shali alaihi wasalim
Allahuma shali ala Muhammad
Ya Rabbi baalighul wasila
Cannon and Contrapunct :
Allahuma shali wassallim ala
Sayidina wa Maulana Muhammad
Adadama bi'iImillahi shalatan
Da'imatan bidawami mulkilahi
Keroncong :
Ya Allah curahkan rahmat dan keselamatan
Bagi Nabi junjungan kami Muhammad
Selamanya di dalam keabadian
Kekekalan kerajaanmu ya Allah
English Version :
Ya Allah please shower your blessing and your salvation
To the Prophet Muhammad who we all adore
May he always be under your sovereignity
May he forever be under your loving care
Interlude (Choir) :
Allahuma shali wasalim wabarik alaik
Allahuma shali wasalim wabarik alaik
Allahuma shali wasalim wabarik alaik
Allahuma shali wasalim wabarik alaik
Over Tune (Mandarin Verson) :
Ya Allah kei wo men tien an heu keu lien
Ken lau se Muhammad yeh se aitha
Hau hen chiu chai tien an the
Allah teu keu lien wou men hau hen chiu
Sunda Version:
Ya Allah lungsur keun rahmat sinareng salamet
Kanggo Nabi junjungan kuring Muhammad
Salawasna aya dina kawilujengan
Salawasna ditang tayungan ku Allah
Jawa Version:
Ya Allah Paringono rahmat lan keslametan
Kagem Nabi junjungan kulo Muhammad
Salaminipun wonten ing keselametan
Salaminipun diwelasi Gusti Allah
Minang Version:
Ya Allah curahkan jo kasalamatan
Taruntuak nabi piturui kami Muhammad
Sapanjang idui di dalam kabakaan
Salamonyo dalam kasiah sayang Allah
Coda Fine F (Choir):
Allahuma shali wassallim ala
Sayidina wa Maulana Muhammad
Adadama bi'ilmillahi shalatan
Fermatta :
Da'imatan.......bidawami..... mulkilahi
Label:
nabi Muhammad SAW,
pujian,
shalawat,
syafa'at
22 Desember, 2011
Selamat Hari Ibu
Lantunan lagu ‘Ibu’ dari Virgiawan “Iwan Fals” Listanto itu masih memenuhi otakku -terlebih di waktu” ini … Hampir semua orang di Indonesia melarutkan diri pada lagu ini atau lagu sejenis lainnya.
“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku .. Anakmu
Ibuku sayang, masih terus berjalan walau tapak kaki penuh darah penuh nanah”
Perjuangan Ibu bagaikan sebuah fenomena kehidupan yang luar biasa … Apapun dilakukan untuk kita, anaknya …. dan gratis !!
“Seperti udara, kasih yang engkau berikan … Tak mampu ku membalas .. Ibu … Ibu”
Berapapun yang kita bayar, tiada akan mampu menandingi semua yang pernah dilakukannya pada kita … Kasih saat kita terjatuh, sayang saat kita terlempar, senyum saat kita bersedih, tangis saat kita sakit, semangat saat kita lunglai, tungkai kuat saat kita terjerembab …. dan restunya yang akan membuka restu Illahi
Berikan dia senyum …
Sapalah dengan hangat …
Senyumlah untuknya …
Sampaikan berita gembira …
Sampaikan kebanggan padanya …
Sampaikan semuanya karena kita cinta padanya …
Aku cinta Ibu
Love you, mom
Maafkan salah kami
Do’akan dan restui kami
Colomadu, 22 Desember 2011
Untuk semua Ibu di seluruh dunia
Label:
doá,
ibu,
kasih ibu,
kasih sayang,
restu,
selamat hari ibu
20 Desember, 2011
Tanam Satu Pohon
Sebuah Gerakan Konservasi Daerah Aliran Sungai(DAS) akan dilaksanakan pada 01 Januari 2012 tepat pada pergantian tahun. Gerakan #tanamsatupohon diawali melalui serangkaian perbincangan yang mengalir melalui jejaring sosial twitter.
Awalnya melalui sebuah program #srudukfollow yang dimotori Mas Zainal @jayteroris Abidin kemudian banyak hastag yang bergulir, mulai dari #tanamsatupohon, #gerakanmushollabersih, #berkahberbagi, #investasiair dan banyak hastag pembawa semangat kebersamaan
Kali Pesanggarahan yang merupakan salah satu DAS di Jakarta sampai saat ini masih diperjuangkan kelestariannya oleh Bang Idin dengan ketiadaputus untuk terus merawat vegetasinya. Gerakan #tanamsatupohon akan melakukan penanaman beberapa pohon, seperti : jamblang, sawo, jambu mete, durian, sukun, rambutan, mangga, glodogan, mahoni dan beberapa tanaman lainnya
Bagi teman yang ingin berpartisipasi, dapat datang pada acara yang akan dilaksanakan insya Allah mulai tanggal 31 Desember 2011 bertempat di Situ Gintung - Ciputat selepas maghrib dan dilanjutkan dengan longmarch sejauh 15-20km menuju Taman Kota Karang Tengah - Lebak Bulus. Acara dilanjutkan dengan Taddabur Alam oleh Bang Idin sekaligus renungan pergantian tahun.
Ba’da Shubuh tanggal 1 Januari 2012 keesokah harinya, akan dilakukan provokasi oleh Mas @jayteroris dan selanjutnya dilakukan penanaman pohon di DAS Kali Pesanggrahan
Bagi yang berkeinginan berpartisipasi sebagai orang tua asuh bagi tanaman yang ditanam mulai tinggi 1 meter sampai 3 bulan kemudian (atau tanaman sudah dianggap establish/mapan) dapat menyisihkan dana sebesar Rp 50.000 per pohon. Dana dapat ditransfer via Bank BCA 4121471269 a/n Fida Febrina …. Mohon kirimkan pemberitahuan transfer kepada Ibu FIDA FEBRINA HP. no. 081280226868/085697481102 atau Bapak AGUS BAIHAKI HP no. 08176466392 Email srudukers@gmail.com Twitter : @abaihaki1 @fidafebrina
Mari berinvestasi kehidupan masa depan dan wujudkan kasih sayang pada keceriaan alam
07 Desember, 2011
Lumbung itu bernama, Pulau Buru
Menyusuri jalan aspal mulus sedikit berliku dari Namlea menuju Waeapo, sebuah kecamatan di Pulau Buru – Kepulauan Maluku, mata ini selalu disuguhkan dengan lahan datar disisi kiri dan kanan dengan latar belakang sebuah deretan punggung bukit sejauh mata memandang. Tanaman kayu putih –kalau boleh dibilang, hutan kayu putih, berserak diseluruh perbukitan dan menjadikannya sebagai primadona Pulau Buru, minyak kayu putih. Beberapa rumah ketel nampak disepanjang jalan menuju Kecamatan Waeapo. Semak belukar masih menjadi vegetasi dominan di tanah lapang nan datar, sementara lahan sawah dan palawija serta hortikultura menjadi raja di seputaran pemukiman masyarakat. Ditunjang dengan irigasi teknis yang baik, lahan yang masih sedikit tersentuh bahan-bahan kimia merupakan salah satu aset terbaik dalam menjadilan wilayah Pulau Buru sebagai Lumbung Pangan. Ternak sapi, kerbau dan kambing menjadi hiasan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan menjadi salah satu tulang punggung Program Swasembada Daging Sapi, sebuah Lumbung Pangan. Ternyata, tanaman coklat rakyat juga menjadi salah satu tanaman perkebunan yang diandalkan penduduk, juga ampas sagu, sungguh sebuah Lumbung Pakan Ternak. Potensi hasil samping pertanian – perkebunan yang luar biasa, sungguh sebuah kemuliaan yang terpendam, kesejahteraan tersembunyi dan kebesaran budaya masyarakat Pulau Buru yang agung. Perjalanan sampai dataran Waeapo telah memberi sebuah inspirasi bahwa ada magma tersembunyi yang siap meletuskan keberkahan bagi Indonesia.
Mewujudkan Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak di Pulau Buru, tidak perlu menjual pulau, cukup dengan sistem kerjasama dengan investor dengan model saling menguntungkan, maka sebuah budaya ‘menyimpan’ dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai penyangga kehidupan rakyat Indonesia.
Perubahan Paradigma Berfikir melalui Sikap Mental dan Pendidikan
Hal awal yang perlu disampaikan kepada masyarakat Pulau Buru, baik masyarakat adat ataupun masyarakat transmigrasi, adalah sosialisasi tentang potensi Pulau Buru sebagai Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak. Sosialisasi akan merubah sikap dan mental masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang selama ini kurang dimaksimalkan penggunaannya, serta merubah paradigma masyarakat tentang penggunaan lahan yang efektif dan ekonomis. Perubahan sikap mental ini tentunya harus disertai dengan pendidikan secara berkelanjutan untuk lebih memantapkan program Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan. Misi dan visi yang sama serta pendampingan dan bimbingan adalah kemantapan pelaksanaan mewujudkan Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak. Pemetaan potensi lahan, mutlak dikerjakan terlebih dahulu.
Teknis Budidaya Tanaman Pangan dan Peternakan
Produktifitas lahan akan tercapai maksimal bila diiringi dengan perlakuan atas tanah dan program budidaya yang terencana, tersusun dan terpolakan dengan baik serta pelaksanaan yang terevaluasi dan terdokumentasi. Kebanyakan teknis aplikasi lahan yang sudah baik ada pada masyarakat transmigrasi yang notabene sudah memiliki kemampuan bertani dari tanah asalnya. Budidaya lahan padi sawah, palawija dan sedikit hortikultura dikembangkan melalui pengairan teknis yang baik. Ketergantungan akan sarana produksi pertanian (seperti : benih, pupuk, pestisida) terkadang menjadi kendala dalam pengembangan produksi tanaman serta akan mempengaruhi harga jual produk.
Pada masyarakat adat, teknis budidaya ini sedemikian parahnya, ketidaktahuan mereka akan teknis budidaya yang baik ditambah dengan persepsi atas kebiasaan yang keliru menyebabkan mereka sangat minim dalam melakukan olah tanah, tanaman pangan praktis hanya sagu dan kasbi (singkong) yang ditanam, itupun tanpa perawatan. Demikian pula dengan tanaman perkebunan, kebanyakan hanya tanaman cokelat yang ditanam dan dibiarkan tumbuh, bila berbuah diambil buahnya, dikupas dikebun dan bijinya dikeringkan lalu dijual. Lingkungan tanaman cokelat tidak dipupuk dan dirawat, buah cokelat yang terserang hama dibiarkan menggantung dipohon dan menjadi surat undangan bagi datangnya penyakit dan hama tanaman cokelat. Tanaman keras tidak beraturan dan dijadikan kayu. Beruntung tingkat penebangan kayu belum mencapai tahapan kritis, sehingga potensi sumber daya tanaman hutan masih dapat dipertahankan. Penerapan ladang berpindah akan dapat dikurangi sehingga potensi seluruh lahan dapat dimaksimalkan dan tingkat produktifitas yang tinggi dapat diraih.
Tanaman Padi
Sebagai tanaman pangan utama di negeri ini, pengembangan tanaman padi di Pulau Buru dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai lumbung beras untuk kepulauan Maluku. Sumber air yang tiada berhenti akan mempermudah peningkatan produktifitas tanaman. Sayangnya, budidaya tanaman padi ini masih sedkit yang dikembangkan dengan metode SRI, beberapa lahan masih menebarkan benih setelah tanah diolah, sehingga akan terjadi perebutan unsur hara dan ketidakseragaman pertumbuhan dan hasil yang beragam per malai padi.
Pelatihan dan pendidikan untuk melakukan budidaya tanaman padi dengan metode SRI penting untuk dilaksanakan sehingga gairan petani dalam melakukan budidaya tanaman padi akan semakin meningkat demi produktifitas yang maksimal.
Tanaman Palawija
Penanaman jagung, kacang tanah, kacang kedelai dan tanaman palawija lainnya masih belum banyak dikembangkan. Karena irigasi teknis yang menjamin supply air, kebanyakan konsentrasi lahan lebih diperuntukkan pada tanaman padi sawah. Penggalakan penanaman palawija akan membuat variasi produksi tanaman dan memutus siklus perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Tanaman Perkebunan
Kekurangtahuan masyarakat adat dalam mengembangkan tanaman perkebunan menyebabkan tanaman menjadi tidak subur, produktifitas rendah serta hasil yang diterima petani akan selalu menurun dari hari kehari. Pelatihan dan pendidikan serta pendampingan dan bimbingan kepada para petani dalam mengelola lahan cokelat mereka adalah sebuah kebutuhan sehingga potensi pengembangan tanaman cokelat semakin lama semakin baik dengan hasil yang bertambah dan berkualitas.
Tanaman Keras
Pohon meranti, mahoni, Eucaliptus sp. dan beberapa tanaman kayu lainnya dikembangkan di Pulau buru dan memiliki hasil pengembangan yang baik. Juga tanaman kayu putih yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat. Penyulingan minyak kayu putih yang dilakukan oleh masyarakat tentunya perlu ditingkatkan lebih baik melalui : (1) Penataan lokasi penanaman minyak kayu putih semata, tetapi dibuat seperti blok seperti penanaman teh. Model penanaman ini akan mempermudah teknis pemeliharaan, pemberian pupuk, pemanenan dan juga sebagai lokasi wisata alam, (2) Perbaikan model penyulingan sehingga tidak banyak energi kayu bakar yang terbuang, ampas kayu putih yang dikeringkan dibantu dengan kayu bakar atau biogas akan dapat menjadi sumber energi bagi proses pemasakan ketel minyak kayu putih. Disamping itu, model penataan dan teknis penyulingan juga harus diperbaiki, mislanya model konsensasi uap minyak kayu putih. Tanaman sagu yang diolah menjadi tepung sagu juga dapat diambil ampasnya sebagai pakan ternak.
Kelembagaan Petani
Melembagakan masyarakat petani sudah merupakan hal penting untuk dilaksanakan. Kelembagaan itu akan melahirkan sebuah potensi masyarakat untuk mandiri dan melakukan aktifitas secara dinamis. Pembentukan lembaga seperti koperasi akan mempermudah masyarakat petani dalam mengatur supply sarana produksi pertanian/peternakan, meningkatkan kualitas pasca panen, menambah nilai hasil panen dan meningkatkan nilai tawar penjualan hasil panen sehingga akan bermuara pada Kesejahteraan Masyarakat.
Lembaga Keuangan Mikro di Pulau Buru merupakan satu lembaga keuangan yang mampu menjembatani kekurangan modal dalam beraktifitas, mendisiplinkan masyarakat untuk berinvestasi dan menabung, mengembangkan usaha pertanian – peternakan – perkebunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Integrated Farming System (Pola Pertanian Terpadu)
Pola integrasi antar komponen usaha yang dilaksanakan masyaakat Pulau Buru di bidang pertanian – perkebunan – peternakan sehingga menghasilkan produktifitas, efisiensi dan efektifitas tinggi dan memberi nilai ekonomis serta berorientasi ekologis merupakan satu keterpaduan yang akan memberi nilai kesejahteraan. Salah satu manfaat yang dapat diambil adalah ketersediaan pakan bagi ternak, pupuk organik, ketersediaan energi terbarukan, ramah lingkungan (meminimalkan limbah), bernilai edukasi – wisata dan inspiratif.
Hasil yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Pola Pertanian Terpadu adalah :
1.Tanaman padi sawah, akan menghasilkan jerami padi. Bila biasanya jerami padi dibakar, maka untuk dijadikan sebagai pakan ternak, jerami padi perlu difermentasi terlebih dahulu. Juga untuk tanaman palawija lainnya, misalnya : batang dan daun kedelai, tongkol dan klobot jagung, daun kacang tanah.
2.Tanaman hortikultura, hasil sortir tanaman sayuran dapat dijadikan sebagai pakan ternak
3.Tanaman perkebunan, kulit buah cokelat dapat difermentasi dan dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia
4.Kotoran ternak sapi, kerbau dan kambing dikumpulkan untuk diubah menjadi biogas sebagai sumber energi terbarukan serta didekomposisi menjadi pupuk organik padat atau difermentasi menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik ini nantinya akan dapat digunakan sebagai sarana produksi pertanian – perkebunan serta pengembangan pestisida hayati untuk peningkatan kualitas budidaya tanaman
5.Kelembagaan petani/masyarakat akan meningkatkan kualitas keekonomian dan kesejahteraan masyarakat
6.Eduekoagrotourism. Penataan yang baik bagi lahan dan pengelolaan yang mantap serta teknis budidaya yang terorganisir akan dapat membuat Pulau Buru sebagai kawasan wisata agro sekaligus pendidikan agro yang menginspirasi pengembangan dunia pertanian Indonesia
Pengembangan Peternakan Sapi Bali
Lahan dibagi setiap luasan 2.500 m2 dan dipagar. Setiap 1 ha dijadikan sebagai satu cluster pemeliharaan.
Setiap cluster dibagi empat petak @100 ekor induk dan 4 ekor pejantan, masing-masing petak dibagi menjadi empat lokal @25 ekor induk dan 1 ekor pejantan, total = 400 ekor induk dan 16 ekor pejantan, seluruh ternak diidentifikasi lengkap
Pada bagian tengah cluster, dipersiapkan tempat pakan dan tempat minum
Seluruh ternak sapi dijaga kesehatan dan dibiarkan untuk melakukan aktifitas perkawinan alam
Pada masing-masing petak disiapkan shelter sebagai lokasi istirahat ternak
Setiap ternak yang beranak, diidentifikasi anakannya dan dibiarkan bersama induknya sampai umur 6 bulan
Setelah 6 bulan, anak sapi dipisahkan antara anakan jantan dan anakan betina dan dipelihara pada lokasi yang berbeda. Anakan betina dipelihara pada lokasi berkelompok, sementara anakan jantan dipelihara secara berkelompok sampai umur 12 bulan, diatas 12 bulan dipelihara secara individu
Anakan betina yang dibesarkan, nantinya diidentifikasi dan dijadikan sebagai calon indukan baru
Sementara anakan jantan dikandangkan sampai siap potong, kualifikasi jantan terbaik dapat dijadikan sebagai sumber pejantan baru
Palang luar tempat pakan :
Palang I = tinggi 40 cm dari tempat pakan untuk menjaga ternak tidak masuk ketempat
pakan
Palang II = tinggi 50 cm dari palang I untuk menjaga ternak tidak keluar kandang
Tinggi tempat pakan dari lantai 60 cm dengan lebar 1 meter, terbuat dari bilah papan yang diserut halus dan dibuat seperti bak dengan konstruksi yang kuat untuk menahan bobot rumput dan air minum dalam ember yang akan diberikan kepada tenak
Pada sisi samping dan belakang juga disiapkan palang penghalang dengan tiga baris palang yang berjarak masing-masing : 40 cm
Perlu dipersiapkan juga pintu masuk dan keluar ternak untuk mempermudah akses ternak
Bangunan lain yang penting untuk dipersiapkan adalah :
1.Gudang pakan dan pemotongan rumput
2.Lokasi komposting dan biogas
3.Lokasi kantor dan penimbangan ternak
Mewujudkan Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak di Pulau Buru, tidak perlu menjual pulau, cukup dengan sistem kerjasama dengan investor dengan model saling menguntungkan, maka sebuah budaya ‘menyimpan’ dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai penyangga kehidupan rakyat Indonesia.
Perubahan Paradigma Berfikir melalui Sikap Mental dan Pendidikan
Hal awal yang perlu disampaikan kepada masyarakat Pulau Buru, baik masyarakat adat ataupun masyarakat transmigrasi, adalah sosialisasi tentang potensi Pulau Buru sebagai Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak. Sosialisasi akan merubah sikap dan mental masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang selama ini kurang dimaksimalkan penggunaannya, serta merubah paradigma masyarakat tentang penggunaan lahan yang efektif dan ekonomis. Perubahan sikap mental ini tentunya harus disertai dengan pendidikan secara berkelanjutan untuk lebih memantapkan program Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan. Misi dan visi yang sama serta pendampingan dan bimbingan adalah kemantapan pelaksanaan mewujudkan Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak. Pemetaan potensi lahan, mutlak dikerjakan terlebih dahulu.
Teknis Budidaya Tanaman Pangan dan Peternakan
Produktifitas lahan akan tercapai maksimal bila diiringi dengan perlakuan atas tanah dan program budidaya yang terencana, tersusun dan terpolakan dengan baik serta pelaksanaan yang terevaluasi dan terdokumentasi. Kebanyakan teknis aplikasi lahan yang sudah baik ada pada masyarakat transmigrasi yang notabene sudah memiliki kemampuan bertani dari tanah asalnya. Budidaya lahan padi sawah, palawija dan sedikit hortikultura dikembangkan melalui pengairan teknis yang baik. Ketergantungan akan sarana produksi pertanian (seperti : benih, pupuk, pestisida) terkadang menjadi kendala dalam pengembangan produksi tanaman serta akan mempengaruhi harga jual produk.
Pada masyarakat adat, teknis budidaya ini sedemikian parahnya, ketidaktahuan mereka akan teknis budidaya yang baik ditambah dengan persepsi atas kebiasaan yang keliru menyebabkan mereka sangat minim dalam melakukan olah tanah, tanaman pangan praktis hanya sagu dan kasbi (singkong) yang ditanam, itupun tanpa perawatan. Demikian pula dengan tanaman perkebunan, kebanyakan hanya tanaman cokelat yang ditanam dan dibiarkan tumbuh, bila berbuah diambil buahnya, dikupas dikebun dan bijinya dikeringkan lalu dijual. Lingkungan tanaman cokelat tidak dipupuk dan dirawat, buah cokelat yang terserang hama dibiarkan menggantung dipohon dan menjadi surat undangan bagi datangnya penyakit dan hama tanaman cokelat. Tanaman keras tidak beraturan dan dijadikan kayu. Beruntung tingkat penebangan kayu belum mencapai tahapan kritis, sehingga potensi sumber daya tanaman hutan masih dapat dipertahankan. Penerapan ladang berpindah akan dapat dikurangi sehingga potensi seluruh lahan dapat dimaksimalkan dan tingkat produktifitas yang tinggi dapat diraih.
Tanaman Padi
Sebagai tanaman pangan utama di negeri ini, pengembangan tanaman padi di Pulau Buru dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai lumbung beras untuk kepulauan Maluku. Sumber air yang tiada berhenti akan mempermudah peningkatan produktifitas tanaman. Sayangnya, budidaya tanaman padi ini masih sedkit yang dikembangkan dengan metode SRI, beberapa lahan masih menebarkan benih setelah tanah diolah, sehingga akan terjadi perebutan unsur hara dan ketidakseragaman pertumbuhan dan hasil yang beragam per malai padi.
Pelatihan dan pendidikan untuk melakukan budidaya tanaman padi dengan metode SRI penting untuk dilaksanakan sehingga gairan petani dalam melakukan budidaya tanaman padi akan semakin meningkat demi produktifitas yang maksimal.
Tanaman Palawija
Penanaman jagung, kacang tanah, kacang kedelai dan tanaman palawija lainnya masih belum banyak dikembangkan. Karena irigasi teknis yang menjamin supply air, kebanyakan konsentrasi lahan lebih diperuntukkan pada tanaman padi sawah. Penggalakan penanaman palawija akan membuat variasi produksi tanaman dan memutus siklus perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Tanaman Perkebunan
Kekurangtahuan masyarakat adat dalam mengembangkan tanaman perkebunan menyebabkan tanaman menjadi tidak subur, produktifitas rendah serta hasil yang diterima petani akan selalu menurun dari hari kehari. Pelatihan dan pendidikan serta pendampingan dan bimbingan kepada para petani dalam mengelola lahan cokelat mereka adalah sebuah kebutuhan sehingga potensi pengembangan tanaman cokelat semakin lama semakin baik dengan hasil yang bertambah dan berkualitas.
Tanaman Keras
Pohon meranti, mahoni, Eucaliptus sp. dan beberapa tanaman kayu lainnya dikembangkan di Pulau buru dan memiliki hasil pengembangan yang baik. Juga tanaman kayu putih yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat. Penyulingan minyak kayu putih yang dilakukan oleh masyarakat tentunya perlu ditingkatkan lebih baik melalui : (1) Penataan lokasi penanaman minyak kayu putih semata, tetapi dibuat seperti blok seperti penanaman teh. Model penanaman ini akan mempermudah teknis pemeliharaan, pemberian pupuk, pemanenan dan juga sebagai lokasi wisata alam, (2) Perbaikan model penyulingan sehingga tidak banyak energi kayu bakar yang terbuang, ampas kayu putih yang dikeringkan dibantu dengan kayu bakar atau biogas akan dapat menjadi sumber energi bagi proses pemasakan ketel minyak kayu putih. Disamping itu, model penataan dan teknis penyulingan juga harus diperbaiki, mislanya model konsensasi uap minyak kayu putih. Tanaman sagu yang diolah menjadi tepung sagu juga dapat diambil ampasnya sebagai pakan ternak.
Kelembagaan Petani
Melembagakan masyarakat petani sudah merupakan hal penting untuk dilaksanakan. Kelembagaan itu akan melahirkan sebuah potensi masyarakat untuk mandiri dan melakukan aktifitas secara dinamis. Pembentukan lembaga seperti koperasi akan mempermudah masyarakat petani dalam mengatur supply sarana produksi pertanian/peternakan, meningkatkan kualitas pasca panen, menambah nilai hasil panen dan meningkatkan nilai tawar penjualan hasil panen sehingga akan bermuara pada Kesejahteraan Masyarakat.
Lembaga Keuangan Mikro di Pulau Buru merupakan satu lembaga keuangan yang mampu menjembatani kekurangan modal dalam beraktifitas, mendisiplinkan masyarakat untuk berinvestasi dan menabung, mengembangkan usaha pertanian – peternakan – perkebunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Integrated Farming System (Pola Pertanian Terpadu)
Pola integrasi antar komponen usaha yang dilaksanakan masyaakat Pulau Buru di bidang pertanian – perkebunan – peternakan sehingga menghasilkan produktifitas, efisiensi dan efektifitas tinggi dan memberi nilai ekonomis serta berorientasi ekologis merupakan satu keterpaduan yang akan memberi nilai kesejahteraan. Salah satu manfaat yang dapat diambil adalah ketersediaan pakan bagi ternak, pupuk organik, ketersediaan energi terbarukan, ramah lingkungan (meminimalkan limbah), bernilai edukasi – wisata dan inspiratif.
Hasil yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Pola Pertanian Terpadu adalah :
1.Tanaman padi sawah, akan menghasilkan jerami padi. Bila biasanya jerami padi dibakar, maka untuk dijadikan sebagai pakan ternak, jerami padi perlu difermentasi terlebih dahulu. Juga untuk tanaman palawija lainnya, misalnya : batang dan daun kedelai, tongkol dan klobot jagung, daun kacang tanah.
2.Tanaman hortikultura, hasil sortir tanaman sayuran dapat dijadikan sebagai pakan ternak
3.Tanaman perkebunan, kulit buah cokelat dapat difermentasi dan dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia
4.Kotoran ternak sapi, kerbau dan kambing dikumpulkan untuk diubah menjadi biogas sebagai sumber energi terbarukan serta didekomposisi menjadi pupuk organik padat atau difermentasi menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik ini nantinya akan dapat digunakan sebagai sarana produksi pertanian – perkebunan serta pengembangan pestisida hayati untuk peningkatan kualitas budidaya tanaman
5.Kelembagaan petani/masyarakat akan meningkatkan kualitas keekonomian dan kesejahteraan masyarakat
6.Eduekoagrotourism. Penataan yang baik bagi lahan dan pengelolaan yang mantap serta teknis budidaya yang terorganisir akan dapat membuat Pulau Buru sebagai kawasan wisata agro sekaligus pendidikan agro yang menginspirasi pengembangan dunia pertanian Indonesia
Pengembangan Peternakan Sapi Bali
Lahan dibagi setiap luasan 2.500 m2 dan dipagar. Setiap 1 ha dijadikan sebagai satu cluster pemeliharaan.
Setiap cluster dibagi empat petak @100 ekor induk dan 4 ekor pejantan, masing-masing petak dibagi menjadi empat lokal @25 ekor induk dan 1 ekor pejantan, total = 400 ekor induk dan 16 ekor pejantan, seluruh ternak diidentifikasi lengkap
Pada bagian tengah cluster, dipersiapkan tempat pakan dan tempat minum
Seluruh ternak sapi dijaga kesehatan dan dibiarkan untuk melakukan aktifitas perkawinan alam
Pada masing-masing petak disiapkan shelter sebagai lokasi istirahat ternak
Setiap ternak yang beranak, diidentifikasi anakannya dan dibiarkan bersama induknya sampai umur 6 bulan
Setelah 6 bulan, anak sapi dipisahkan antara anakan jantan dan anakan betina dan dipelihara pada lokasi yang berbeda. Anakan betina dipelihara pada lokasi berkelompok, sementara anakan jantan dipelihara secara berkelompok sampai umur 12 bulan, diatas 12 bulan dipelihara secara individu
Anakan betina yang dibesarkan, nantinya diidentifikasi dan dijadikan sebagai calon indukan baru
Sementara anakan jantan dikandangkan sampai siap potong, kualifikasi jantan terbaik dapat dijadikan sebagai sumber pejantan baru
Palang luar tempat pakan :
Palang I = tinggi 40 cm dari tempat pakan untuk menjaga ternak tidak masuk ketempat
pakan
Palang II = tinggi 50 cm dari palang I untuk menjaga ternak tidak keluar kandang
Tinggi tempat pakan dari lantai 60 cm dengan lebar 1 meter, terbuat dari bilah papan yang diserut halus dan dibuat seperti bak dengan konstruksi yang kuat untuk menahan bobot rumput dan air minum dalam ember yang akan diberikan kepada tenak
Pada sisi samping dan belakang juga disiapkan palang penghalang dengan tiga baris palang yang berjarak masing-masing : 40 cm
Perlu dipersiapkan juga pintu masuk dan keluar ternak untuk mempermudah akses ternak
Bangunan lain yang penting untuk dipersiapkan adalah :
1.Gudang pakan dan pemotongan rumput
2.Lokasi komposting dan biogas
3.Lokasi kantor dan penimbangan ternak
04 Desember, 2011
Kebersamaan menuju Kesejahteraan - Expedisi Waeapo
Diskusi, aplikasi lapangan, sekolah lapang menjadi santapan harian yang selalu dilakukan demi menghasilkan sebuah tatanan masyarakat adat yang luar biasa. Masyarakat adat Pulau Buru saat ini berada dalam cengkeraman persepsi yang kadang keliru dalam menterjemahkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan, bagaimana tidak? Untuk hantaran “membeli” wanita untuk dijadikan istri, tidak kurang Rp 100 jutaan dihabiskan untuk membeli kuali, kain berlembar-lebar dan pesta perkawinan, uang diperoleh dari keluarga dan juga sanak saudara se-marga mereka dan hal itu terus berputar-putar mengamini kehidupan yang seharuanya lebih elegan, karena Rp 100-an juta itu tentunya lebih baik bila digunakan untuk membiayai kehidupan kedua mempelai atau modal usaha, karena anggaran untuk pendidikan malah ditiadakan. Saat ini, beberapa tokoh adat sudah berani menolak di’pinjami’ uang untuk perkawinan, beberapa intelektual muda sudah menganggap pendidikan adalah hal yang terpenting.
Ketiada setaraan pendidikan serta “penindasan” kecerdasan oleh penguasa adat jaman dahulu menyebabkan tingkat berfikir masyarakat adat menjadi lemah, kebanyakan mereka memiliki level kehidupan yang ‘nrimo’ (keinginan meningkatkan level kehidupan masih rendah). Sikap soliter (beraktifitas secara individual) dalam masyarakat adat sehingga nilai-nilai solidaritas dalam melakukan aktifitas menjadi sangat menurun (misalnya, penjualan hasil penyulingan minyak kayu putih dan hasil bumi lainnya serta aktifitas sosial lainnya). Peningkatan kualitas sikap mental masyarakat memang sangat perlu ditingkatkan. Keterlenaan mereka dengan kekayaan alam Pulau Buru yang melimpah membuat kemajuan intelektual dan sikap mental mereka menjadi terhambat, ditambah dengan terjadinya sistem budaya adat dengan persepsi keliru sehingga menjadi kendala pengembangan kehidupan masyarakat. Sampai saat ini kebanyakan program yang diberikan kepada masyarakat adat adalah Pembangunan Infrastruktur fisik sementara sikap mental masyarakat masih terabaikan. Padahal sebenarnya Masyarakat Adat memiliki asset yang besar, tetapi kebanyakan masyarakat tidak menyadarinya sehingga mereka selalu merasa hidup dalam kekurangan (mengharapkan bantuan), misalnya mereka merasa tidak memiliki apa-apa, padahal tanah yang mereka miliki cukup luas, beberapa puluh atau ratus tanaman cokelat, tanaman-tanaman kayu berkelas serta keahlian mereka dalam melakukan penyulingan minyak kayu putih kualitas baik. Hal lain yang membuat kualitas kehidupan mereka selalu terjajah adalah model tataniaga hasil bumi melalui jeratan tengkulak serta ilmu dalam pengelolaan usaha dan keuangan yang tidak mereka kuasai menjadikan penindasan ekonomi selalu merangkul sendi kehidupan mereka. Masyarakat transmigrasi dilingkungan masyarakat adat, disadari menjadi inspirasi positif dalam kehidupan masyarakat asli yang hanya dapat terkagum-kagum (masih bermimpi untuk dapat meniru)
Perubahan sikap mental, pendidikan, kualitas teknis dalam melaksanakan budidaya pertanian – perkebunan – peternakan, pemberdayaan perempuan, peningkatan keterampilan (permesinan, perkayuan, sipil) dan peningkatan kualitas keekonomian (panganan keuangan merupakan hal terpenting dalam untuk dapat dilaksanakan, mereka memerlukan hal ini dan kita harus peduli, karena kita adalah satu .. manusia Indonesia
Ketel, Sapi, Kerbau dan Kesejahteraan - Expedisi Waeapo
Kami mengunjungi sebuah rumah ketel minyak kayu putih yang sederhana dan memberi sebuah gambaran yang cukup menyesakkan .. betapa tidak, setiap petani yang terdiri dari penduduk asli, melakukan penyulingan minyak kayu putih dengan membawa keluarga (istri, anak-anak) serta seluruh perbekalan yang memenuhi lokasi ketel. Bila dilihat dari proporsi antara ketel – gudang daun kayu putih – kamar/lokasi tidur – dapur, maka terlihat betapa tidak efisiennya pengelolaan minyak kayu putih yang dilakukan mereka. Ruang tungku – ketel – bak konsensasi memakan sekitar 20% total ruangan. Model pergudangan sementara daun kayu putih merupakan beberapa kotal dengan tinggi sisi dinding sekitar 50cm terdiri atas 6 – 8 bak berukutan 2x2meter dan tentunya akan memuat daun kayu putih yang terbatas. Total pergudangan mencapai sekitar 50% luasan. Selebihnya adalah ruang sosial yang sebenarnya dapat diperingkas. Beberapa hal yang boleh jadi dapat dilakukan untuk meningkatkan produktifitas adalah :
1. Perbaikan kondisi ketel dan tungku, tungku yang digunakan dapat menggunakan bahan bakar berupa ampas hasil penyulingan yang sudah dikeringkan sehingga menghemat kayu bakar, ditambah dengan luasan tungku yang sebenarnya dapat menampung lebih dari satu ketel. Kondisi ketel dapat dirubah melalui penggunaan ketel stainsteel berbentuk buah labu yang dapat menggunakan system uap langsung atau steam dengan kapasitas tampung yang lebih besar (saat ini daya tampung ketel sekitar 200-220kg sekali masak). Selain itu penataan daun kayu putih juga dapat diperbaiki sehingga proses penguapan berlangsung maksimal dan berhasil baik. Hal penting lagi adalah dengan menutup ketel dan jaringan instalasi dari kemungkinan terjadi penguapan.
2. Kondensasi uap kayu putih yang dapat disetting dengan memperbaiki model pipa/selang kondensasi yang pendek dan berpotensi memberi kadar air lebih pada minyak dengan menggunakan selang kuningan yang dibentuk seperti spiral dan masuk kedalam bak kondensasi dalam beberapa putaran.
3. Kelembagaan Penyuling Minyak Kayu Putih. System ekonomi perminyakan kayu putih yang sangat mungkin untuk dilaksanakan dan segera direalisasikan. Tata kelola penduduk asli dalam melakukan penyulingan membuat tingkat perekonomian mereka menjadi sangat terganggu dan tidak memberi hasil maksimal. Kelembagaan akan membuat para petani minyak kayu putih mampu melakukan sebuah system produksi yang baik, manajemen keuangan yang membuat mereka memiliki simpanan dan pengembangan usaha. Kebiasaan mereka dalam berhutang bahan pokok menjadikan beban dalam pendapatan serta penurunan nilai tawar. Sebagai perhitungan, untuk memberangkatkan diri dan keluarga ke rumah ketel, menyewa ketel, mereka melakukan kasbon bahan pokok rata-rata sebesar Rp 200.000 dengan hasil minyak sekitar 5 liter @Rp 115.000 = Rp 575.000, saldo Rp 375.000 hasil ini tentunya akan memberi nilai ekonomi yang jauh dari kelayakan sebuah keluarga, apalagi mereka tidak dapat melakukan penyulingan setiap hari, harus bergantian dengan penyuling yang lain. Berbeda dengan penyuling minyak kayu putih yang berasal dari Pulau Jawa, mereka melakukan aktifitas penyulingan dengan berangkat ke rumah ketel tanpa didampingi istri sehingga perbekalan yang diperlukan juga sedikit (sekitar Rp 300.000 selama 10 hari) dengan hasil minyak sekitar 15 liter, maka nilai keekonomian yang mereka peroleh juga sangat kentara. Kelembagaan petani ini juga dapat digunakan untuk komoditas lain, misalnya kakao, kasbi (singkong), kacang mete, jeruk dan tanaman pangan – hortikultura – perkebunan lainnya. Kebersamaan petani adalah momok bagi pengusaha “hitam” yang kebanyakan hanya memeras keringat mereka. Pembinaan dan pendampingan kepada petani adalah tugas bersama untuk menjadikan mereka sebagai sebuah komunitas petani kayu putih yang tangguh
Selepas menyelesaikan tugas, malam harinya beberapa orang petani mengundang kami berpesta durian … wow, nyummmmyyy sangat.
Keesokan harinya, kami kembali mengunjungi Pak Wakil Belen yang merupakan peternak sapi Bali di kampong Dalam Desa Basalale. Dari pengamatan visual dan pemeriksaan ternak, dapat disimpulkan terjadi infeksi cacing perut dan cacing hati pada hampir kebanyakan ternak. Infeksi cacing hati sudah menyebabkan terjadinya kebutaan pada ternak sapi Bali … benar-benar ironis, pengembangan peternakan di Indonesia Timur di pulau yang dahulunya pernah menjadi pulau buangan ini sangat memprihatinkan, padahal potensi Pulau Buru untuk menjadi daerah pusat pembibitan ternak sapi potong sangat memungkinkan dan memiliki nilai yang manstaf dalam mengembangan peternakan berbasis pertanian terpadu mengingat potensi pakan yang luar biasa (sawah padi, hortikultura, sagu, kemungkinan mengembangkan hijauan makanan ternak). Pengembangan kerbau juga dapat menjadi salah satu potensi yang dapat dikembangkan di Pulau Buru, juga kambing dan ayam kampung.
Label:
cacing hati,
infeksi,
jenis-jenis sapi,
kerbau,
ketel,
minyak kayu putih,
pakan,
pulau buru,
tataniaga
Ada Surga di Pulau Buru - Espedisi Waeapo
Tanggal 23 Desember 2011, Pukul 10.30 WIT kami bergerak menuju Desa Basalale Kecamatan Waeapo (bersebelahan batas dengan Desa Waelo). Sekitar dua jam kami bergerak di jalan yang sangat mulus dan lengang, sangat lancar dengan beberapa pemandangan pantai dan hutan kayu putih, termasuk hutan kayu putih yang terbakar serta tanaman jambu mete yang mulai dikembangkan, juga tanaman jeruk dan kakao. Kami juga melalui Desa Savana Jaya tempat pembuangan tahanan politik masa lalu, temasuk pembuangan Bapak Pramudya Ananta Toer.
Hamparan sawah luas membentang menyapa sepanjang jalan sampai Waeapo … luar biasa sebuah potensi yang sangat menyenangkan untuk dijadikan sebagai lumbung pangan, bukan hanya sebatas sawah padi, tetapi … jagung, tanaman hortikultura, palawija dapat diusahakan dan dikembangkan dengan baik, dengan sangat baik. Difasilitasi pemerintah dengan jaringan irigasi teknis yang sangat tertata dan selalu terairi dengan lancar, maka peluang untuk menjadi salah satu sumber pangan di wilayah Indonesia Timur benar-benar terbuka luas dan dapat dikembangkan.
Selain sawah dan lahan yang terhampar luas, ternak sapi, kuda dan kerbau derta beberapa ekor kambing dan sesekali rusa mewarnai perjalanan dan tentunya merupakan sebuah potensi agraris yang manstaf. Ingatan saya segera meledak dan menciptakan gumpalan-gumpalan impian yang dapat menjadi harapan dan dapat menjadi kenyataan dalam menciptakan sebuah kegiatan Pertanian Terpadu (an Integrated Farming System). Tanaman pangan – hortikultura dan perkebunan dapat menjadi sumber pangan bagi manusia dan juga sumber pakan bagi ternak ruminansia dan monogastrik. Ternak akan menghasilkan kotoran ternak yang dapat dirumah menjadi sumber energi terbarukan (biogas) dan kompos (pupuk organik) yang nantinya akan digunakan untuk tanaman sehingga lahan selelu terjaga kesuburannya, terpenuhi unsur-unsur nutrisinya dan mampu memberikan nilai produktifitas yang tinggi bagi tanaman. Sebuah siklus agribisnis yang luar biasa dan membanggakan.
Kami tidak langsung menuju base camp, tetapi kami menuju dusun Metar – Desa Websalit – Kecamatan Waeapo, tempat lokasi demplot yang akan dilaksanakan. Luar biasa, lahan yang begitu luas, subur dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah agroindustri yang mensejahterakan.
Base camp yang dimaksud adalah sebuah asrama Katholik yang dikelola oleh Paroki Maria Bintang Laut Buru, dahulunya adalah sebuah Sekolah Dasar Katholik yang karena kerusuhan tahun 1999 lalu sehingga tidak ada lagi murid yang bersekolah. Akhirnya dijadikan asrama untuk anak-anak putrid, oh ya .. disini ada adat dimana kebanyakan anak wanita disana sudah dijodohkan dan melakukan perkawinan dini. Mereka berada diasrama sampai lulus SMP, selanjutnya mereka melanjutkan sekolah SMA di Namlea atau Ambon yang diasramakan oleh Paroki. Ada lima orang anak perempuan penghuni asrama dan satu keluarga yang berkediaman di asrama, sementara pastor – bruder – frater bergantian berkunjung keasrama dan memberi pelayanan bagi umat katholik diseputaran Kecamatan Waeapo
Sore harinya kami melakukan pembicaraan dengan tim 6 yang terdiri dari tokoh-tokoh penduduk asli dan nantinya akan melakukan aktifitas integrasi pertanian – peternakan – penyulingan minyak kayu putih. Pembicaraan yang menyenangkan ditemani pisang goreng dan kopi hitam membuat semangat membangun daerah ini bergelora. Selepas pertemuan yang diakhiri makan malam mengasyikkan, ditutup dengan pesta durian jatuhan yang nikmat … nyummmy.
Selepas menulis laporan expedisi ini, tempat tidur berkelambu menunggu untuk menghantar ke alam mimpi untuk mempersiapkan hari esok, survey lokasi dan pemetaan lahan
Bersama Petani
Pagi menyapa dengan senyum lebar, cukuplah untuk mengeringkan pakaian yang beberapa hari ini menghuni kamar dalam keadaan kotor. Melangkah menuju lokasi di Dusun Metar. Sebelumnya, kami melintasi lokasi transmigrasi dan ternyata banyak komunitas penduduk yang berasal dari Jawa, sehingga pembicaraan dengan menggunakan bahasa Jawa menjadi sangat mungkin dan sering menyapa telinga. Lokasi transmigrasi di Pulau Buru, sebagaimana layaknya lokasi transmigrasi lain yang juga dihuni oleh transmigran asal Pulau Jawa tertata rapi dan cenderung memiliki kondisi produktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilakukan oleh penduduk asli.
Menyelesaikan rencana kemarin, hari ini kegiatan teknis dilaksanakan oleh anggota kelompok yang merupakan penduduk asli dari beberapa suku di Pulau Buru.
Nilai-nilai Suku Buru
Sasi, merupakan tanda larangan bagi siapapun, kecuali kalangan terbatas, untuk melakukan sesuatu yang dikhususkan, misalnya sasi dengan symbol pohon kayu putih, dapat diartikan bahwa diwilayah tersebut tidak boleh dilakukan aktifitas yang berkenaan dengan pemanenen daun kayu putih atau diu wilayah tersebut dilarang melakukan aktifitas. Bila dilanggar, menurut informasi, hukumannya fatal dan beberapa kali sudah ada kejadian bagi para pelanggar sasi.
Parang dan Tombak, merupakan dua senjata yang selalu dibawa oleh penduduk asli. Parang/Ketuen (buru Selatan)/Todo (Buru Utara) untuk perkerjaan ladang berbeda dengan parang untuk melindungi diri/bertempur. Selain parang da tombak, identitas lain yang melekat pada masyarakat asli Pulau Buru adalah ikat kepala dengan motif dan warna beragam sesuai dengan marga.
Hari ini, kami mengisi hari dengan pertemuan untuk memantapkan aktifitas penataan lokasi dan persiapan material serta rancang bangun untuk kandang dan perlengkapannya. Tanpa terasa diskusi berlangsung sampai menjelang masuk waktu dzhuhur … saatnya sholat Jumat.
Selepas sholat Jumat dan makan siang, kami menuju lokasi dan melakukan aktifitas penanaman rumput hijauan makanan ternak sebagai sumber pakan ternak sapi Bali yang akan diusahakan. Berkah-NYA selalu melingkupi kami, selepas menanam, hujan turun dan menyirami lahan seakan membantu kami menyirami rumput yang bertumbuh. Hujan turun sangat deras dan membuat mandi hujan sore itu menjadi hal yang menyenangkan …he..he..he.. akhirnya sampai asrama, ambil sabun, mandi dan setelahnya … teh hangat menyapa sore … Alhamdulillah
Sepanjang jalan, dikiri dan kanan jalan utama, hamparan lahan yang pemanfaatannya masih belum optimal terhampar merayu, seakan mengajak otak ini melahirkan mimpi-mimpi ‘gokil’. Saya bayangkan, ada kompos yang kemudian teraplikasi di lahan dan mampu menumbuhkan komoditas bermanfaat yang selama ini banyak kita impor dari luar negeri. Mencetak sawah baru adalah satu program yang sangat tidak mustahil, sangat mungkin dan harus dilaksanakan. Bagaimana tidak?, irigasi teknis yang luar biasa, alirannyapun selalu tersedia, sungguh sumber daya yang manstaf. Selama ini, penduduk transmigrasi yang sudah mengelola tanah dengan baik, tanaman produktif, berupa sawah, kacang tanah, cabai, ketimun terhampar subur.
Hari Sabtu ini seharian kami beranjangsana dengan Pastor Yoseph Rettob, msc., salah satu hal yang menjadi kepentingan sang Pastor adalah “pendidikan”. Banyak perkawinan dini terjadi di wilayah ini, apabila sang anak sudah berumur sekitar 12 tahun, mulailah terjadi hantaran harta yang membuat sang orang tua merelakan anaknya dipersunting orang lain. Sikap mental inilah yang perlu untuk di tingkatkan dan diperbaiki sehingga merubah paradigma berfikir, meningkatkan level kehidupan dan tidak cepat puas dengan apa yang sudah diperoleh. Pendidikan merupakan kunci utama dalam menyelesaikan permasalahan ini, karena dengan pendidikan maka mindai akan terbuka dan nilai kreatifitas akan segera tercipta demi kemajuan komunitas.
Sikap dasar manusia inilah yang merupakan hal pertama untuk dapat dijadikan sebagai pintu gerbang pengembangan kesejahteraan masyarakat asli Pulau Buru yang tetap menjunjung nilai-nilai adat, keimanan dan kebersamaan.
Label:
minyak kayu putih,
parang,
pemberdayaan,
penyulingan,
pramudya ananta toer,
pulau buru,
sasi,
sawah,
tombak,
waeapo
Menuju Namlea - Expedisi Waeapo
Roda burung besi LION Air menjejak manstaf di Runway Bandara Pattimura – Ambon – Provinsi Maluku. Keberangkatan pukul 01.30 WIB dari Bandara Soetta menyapa bumi manise tepat pukul 07.00 WIT. What an amazing moment, sudah lama kerinduan untuk dapat menghirup bumi Indonesia Timur akhirnya mulai terkuak dan terealisasi perlahan, alhamdulillah. Terakhir kali berkunjung ke Indonesia Timur adalah saat Kemah Kerja Mahasiswa Peternakan Indonesia (KKMPI) Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (Ismapeti) tahun 1994, wuihhhh … setelah 17 tahun berselang coy
Baru saja handphone menyala di dalam terminal, berderinglah “tempat terakhir”-nya PADI yang menanda panggilan masuk, “Sonya J. Sahureka, Ms” … “hallo Sonya, saya baru saja landing”, sebuah jawaban atas satu kata “halo” dari ujung handphone lainnya, “oke aku segera kesana”, Sonya menjawab. Saat saya sedang mengambil troly untuk bagasi di luar, sebuah panggilan menyentak gendang telinga saya, “Eka !”, “halo Sonya, apa kabar”, jabat tangan dan salam komando-pun terjadi, “tunggu sekejap, saya urus bagasi ini”, lanjut saya sambil kembali masuk dan menunggu bagasi yang disetiap maskapai penerbangan selalu memakan waktu minimal 30 menit sejak landing … waktu yang menurut saya cukup lama menguras masa (mungkin hal ini yang membuat banyak penumpang lebih memilih menggotong bagasi bertubi-tubi kedalam kabin sehingga kabin serasa penuh sesak – kita tunggu saja kejadian beberapa pesawat yang runtuh bagasi kabinnya karena terlalu sesaknya bagasi diatas) ..he..he..
Setelah berjuang keluar dari antrian yang berantakan proses verifikasi bagasinya, akhirnya .. berhasil juga saya keluar dan sudah menunggu Sonya beserta taksi yang akan membawa saya ke Kota Ambon. Taksi itu yang siangnya juga menjemput Uda Masril Koto dan malamnya mengawal kami ke Kapal Motor Penumpang (KMP) Temi yang akan membawa kami ke Namlea.
Kali pertama, kami menuju kota Ambon melalui kapal Ferry di Laha, dengan membayar Rp 20.000 sekali jalan, selama 15 menit kami menyeberang sampai ke Pelabuhan Galala. Tidak sampai setengah jam, kami berhenti di Guest House Mulia di Jl. Rijali no. 19. mengambil kamar standar dengan tarif Rp 143.000 (termasuk pajak), saya letakkan bagasi dan kemudian sejenak menunggu kedatangan taksi. Selanjutnya sudah dapat ditebak, sarapan …. kami memilih kopi sebagai pengantar pagi hari yang cerah di Kota Ambon ini dengan mengunjungi Rumah Kopi Sibu-sibu yang sangat unik, kecil dan penuh dengan pigura tokoh-tokoh dari Maluku yang berprofesi sebagai penyanyi ataupun tokoh olah raga, termasuk pesepak bola dari negeri Belanda yang salah satu atau salah dua orang tuanya berasal dari Ambon. Kopi Rarobang, sebuah racikan kopi yang ditambah dengan serpihan kenari dan Kasbitone, seperti getuk (singkong direbus, dilumat dengan kelapa dan gula jawa) yang dibakar menjadi teman pagi itu.
Perjalanan dilanjutkan sampai ke Pintu Kota, sebuah pantai di desa Nusa Wine yang banyak disiarkan di televisi dengan model yang seperti pintu gerbang, sangat eksotik. Kami berjalan sampai ujung teratasnya dan menikmati seputaran pantai yang biru dan kehijauan sampai disekitar karang, luar biasa … subhanallah.
Wisata pantai sampai sesiang itu tidak berhenti di Pintu Kota, kami masih melanjutkan perjalanan pantai di Pantai Lamalattu, Kota Ambon yang sangat indah, sebagian pantainya merupakan karang dan sebagian lagi pasir putih. Pada satu hari diseputaran akhir bulan Maret dan akhir bulan April, ada cacing Laur yang biasa mendekat ke pantai dan banyak diperebutkan oleh masyarakat untuk dijadikan santapan. Siang yang membuat ngantuk karena sepoi-sepoinya angin.
Tidak mau terjebak dengan rasa kantuk, kamipun bergegas menuju kota Ambon untuk makan siang, sebelum sampai di lokasi makan siang, kami berkunjung ke rumah Kak Nona, teman lama saat Diklat Jurnalistrik tahun 1993 di Baturraden. Setelah beranjangsana bersama Kak Nona dan keluarga, kami beranjak menuju rumah makan sederhana yang menyajikan makanan khas Ambon, ada ikan asap, ikan bakar, ikan kuah kuning, sayuran dan sambal. Puas bermakan siang, kami bergerak menuju bandara menjemput Uda Masril.
Setelah menjemput, kami menuju Natsepa, sebuah kompleks wisata pinggir pantai yang menawarkan nuansa laut yang indah dan juga rujaknya yang nyummmmyy. Bentuknya agak aneh, karena bumbu rujak dipadu dengan ulekan kacang tanah goreng, gula jawa dan cabai serta semua bahan (ketimun, ubi, jambu, belimbing) dilumat sebelum disajikan.
Setelah dari Natsepa, kami menuju penginapan dan bersiap-siap untuk melangkah menuju Galala, KMP Temi yang akan membawa kami ke Namlea sudah menunggu. Beruntung kami dapat memperoleh tempat di kelas bisnis, kelas VVIP dan kamar sudah habis. Kami berbaur dengan seluruh penumpang dalam ruangan yang terdiri dari seratusan tempat tidur bertingkat, beralas matras. Perjalanan di mulai pukul 20.00 WIT dan tanpa terasa kantuk menyerang ditengah hirup pikuknya penumpang yang membawa perjalanan selama delapan jam menuju Namlea. Cukup tiga kali terbangun untuk memastikan kondisi aman terkendali untuk kemudian kembali larut dalam pulasnya mimpi yang merapakkan KMP Temi di Dermaga Pelabuhan Namlea tepat pukul 04.00 WIT. Dijemput Bruder Petrus dan Bung Iron kami menyusuri jalanan kota Namlea dan berhenti di kepastoran Namlea untuk sejenak beristirahat di Paroki Maria Bintang Laut Buru. Ke pulau Buru ini ada dua Paroki, Paroki Buru Utara dan Paroki Buru Selatan. Di Paroki Buru Utara dipimpin oleh Pastor Yoseph Rettob, MSC didampingi satu Bruder, Bruder Petrus Pangemanan, MSC dan dua Frater, Frater Marcel dan Frater Etus Rumsory (berasal dari Pulau Tanimbar –pulau paling Selatan di kepulauan Maluku, terkenal dengan hasil utama mutiara) serta satu Driver, Bung Iron.
Label:
ambon,
ekspedisi,
indonesia timur,
natsepa,
pantau,
pelabuhan,
perjalanan,
pulau buru
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengenai Saya
- ekabees
- keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...