04 Desember, 2011

Ada Surga di Pulau Buru - Espedisi Waeapo



Tanggal 23 Desember 2011, Pukul 10.30 WIT kami bergerak menuju Desa Basalale Kecamatan Waeapo (bersebelahan batas dengan Desa Waelo). Sekitar dua jam kami bergerak di jalan yang sangat mulus dan lengang, sangat lancar dengan beberapa pemandangan pantai dan hutan kayu putih, termasuk hutan kayu putih yang terbakar serta tanaman jambu mete yang mulai dikembangkan, juga tanaman jeruk dan kakao. Kami juga melalui Desa Savana Jaya tempat pembuangan tahanan politik masa lalu, temasuk pembuangan Bapak Pramudya Ananta Toer.

Hamparan sawah luas membentang menyapa sepanjang jalan sampai Waeapo … luar biasa sebuah potensi yang sangat menyenangkan untuk dijadikan sebagai lumbung pangan, bukan hanya sebatas sawah padi, tetapi … jagung, tanaman hortikultura, palawija dapat diusahakan dan dikembangkan dengan baik, dengan sangat baik. Difasilitasi pemerintah dengan jaringan irigasi teknis yang sangat tertata dan selalu terairi dengan lancar, maka peluang untuk menjadi salah satu sumber pangan di wilayah Indonesia Timur benar-benar terbuka luas dan dapat dikembangkan.

Selain sawah dan lahan yang terhampar luas, ternak sapi, kuda dan kerbau derta beberapa ekor kambing dan sesekali rusa mewarnai perjalanan dan tentunya merupakan sebuah potensi agraris yang manstaf. Ingatan saya segera meledak dan menciptakan gumpalan-gumpalan impian yang dapat menjadi harapan dan dapat menjadi kenyataan dalam menciptakan sebuah kegiatan Pertanian Terpadu (an Integrated Farming System). Tanaman pangan – hortikultura dan perkebunan dapat menjadi sumber pangan bagi manusia dan juga sumber pakan bagi ternak ruminansia dan monogastrik. Ternak akan menghasilkan kotoran ternak yang dapat dirumah menjadi sumber energi terbarukan (biogas) dan kompos (pupuk organik) yang nantinya akan digunakan untuk tanaman sehingga lahan selelu terjaga kesuburannya, terpenuhi unsur-unsur nutrisinya dan mampu memberikan nilai produktifitas yang tinggi bagi tanaman. Sebuah siklus agribisnis yang luar biasa dan membanggakan.

Kami tidak langsung menuju base camp, tetapi kami menuju dusun Metar – Desa Websalit – Kecamatan Waeapo, tempat lokasi demplot yang akan dilaksanakan. Luar biasa, lahan yang begitu luas, subur dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah agroindustri yang mensejahterakan.

Base camp yang dimaksud adalah sebuah asrama Katholik yang dikelola oleh Paroki Maria Bintang Laut Buru, dahulunya adalah sebuah Sekolah Dasar Katholik yang karena kerusuhan tahun 1999 lalu sehingga tidak ada lagi murid yang bersekolah. Akhirnya dijadikan asrama untuk anak-anak putrid, oh ya .. disini ada adat dimana kebanyakan anak wanita disana sudah dijodohkan dan melakukan perkawinan dini. Mereka berada diasrama sampai lulus SMP, selanjutnya mereka melanjutkan sekolah SMA di Namlea atau Ambon yang diasramakan oleh Paroki. Ada lima orang anak perempuan penghuni asrama dan satu keluarga yang berkediaman di asrama, sementara pastor – bruder – frater bergantian berkunjung keasrama dan memberi pelayanan bagi umat katholik diseputaran Kecamatan Waeapo

Sore harinya kami melakukan pembicaraan dengan tim 6 yang terdiri dari tokoh-tokoh penduduk asli dan nantinya akan melakukan aktifitas integrasi pertanian – peternakan – penyulingan minyak kayu putih. Pembicaraan yang menyenangkan ditemani pisang goreng dan kopi hitam membuat semangat membangun daerah ini bergelora. Selepas pertemuan yang diakhiri makan malam mengasyikkan, ditutup dengan pesta durian jatuhan yang nikmat … nyummmy.

Selepas menulis laporan expedisi ini, tempat tidur berkelambu menunggu untuk menghantar ke alam mimpi untuk mempersiapkan hari esok, survey lokasi dan pemetaan lahan

Bersama Petani
Pagi menyapa dengan senyum lebar, cukuplah untuk mengeringkan pakaian yang beberapa hari ini menghuni kamar dalam keadaan kotor. Melangkah menuju lokasi di Dusun Metar. Sebelumnya, kami melintasi lokasi transmigrasi dan ternyata banyak komunitas penduduk yang berasal dari Jawa, sehingga pembicaraan dengan menggunakan bahasa Jawa menjadi sangat mungkin dan sering menyapa telinga. Lokasi transmigrasi di Pulau Buru, sebagaimana layaknya lokasi transmigrasi lain yang juga dihuni oleh transmigran asal Pulau Jawa tertata rapi dan cenderung memiliki kondisi produktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilakukan oleh penduduk asli.
Menyelesaikan rencana kemarin, hari ini kegiatan teknis dilaksanakan oleh anggota kelompok yang merupakan penduduk asli dari beberapa suku di Pulau Buru.

Nilai-nilai Suku Buru

Sasi, merupakan tanda larangan bagi siapapun, kecuali kalangan terbatas, untuk melakukan sesuatu yang dikhususkan, misalnya sasi dengan symbol pohon kayu putih, dapat diartikan bahwa diwilayah tersebut tidak boleh dilakukan aktifitas yang berkenaan dengan pemanenen daun kayu putih atau diu wilayah tersebut dilarang melakukan aktifitas. Bila dilanggar, menurut informasi, hukumannya fatal dan beberapa kali sudah ada kejadian bagi para pelanggar sasi.
Parang dan Tombak, merupakan dua senjata yang selalu dibawa oleh penduduk asli. Parang/Ketuen (buru Selatan)/Todo (Buru Utara) untuk perkerjaan ladang berbeda dengan parang untuk melindungi diri/bertempur. Selain parang da tombak, identitas lain yang melekat pada masyarakat asli Pulau Buru adalah ikat kepala dengan motif dan warna beragam sesuai dengan marga.



Hari ini, kami mengisi hari dengan pertemuan untuk memantapkan aktifitas penataan lokasi dan persiapan material serta rancang bangun untuk kandang dan perlengkapannya. Tanpa terasa diskusi berlangsung sampai menjelang masuk waktu dzhuhur … saatnya sholat Jumat.

Selepas sholat Jumat dan makan siang, kami menuju lokasi dan melakukan aktifitas penanaman rumput hijauan makanan ternak sebagai sumber pakan ternak sapi Bali yang akan diusahakan. Berkah-NYA selalu melingkupi kami, selepas menanam, hujan turun dan menyirami lahan seakan membantu kami menyirami rumput yang bertumbuh. Hujan turun sangat deras dan membuat mandi hujan sore itu menjadi hal yang menyenangkan …he..he..he.. akhirnya sampai asrama, ambil sabun, mandi dan setelahnya … teh hangat menyapa sore … Alhamdulillah

Sepanjang jalan, dikiri dan kanan jalan utama, hamparan lahan yang pemanfaatannya masih belum optimal terhampar merayu, seakan mengajak otak ini melahirkan mimpi-mimpi ‘gokil’. Saya bayangkan, ada kompos yang kemudian teraplikasi di lahan dan mampu menumbuhkan komoditas bermanfaat yang selama ini banyak kita impor dari luar negeri. Mencetak sawah baru adalah satu program yang sangat tidak mustahil, sangat mungkin dan harus dilaksanakan. Bagaimana tidak?, irigasi teknis yang luar biasa, alirannyapun selalu tersedia, sungguh sumber daya yang manstaf. Selama ini, penduduk transmigrasi yang sudah mengelola tanah dengan baik, tanaman produktif, berupa sawah, kacang tanah, cabai, ketimun terhampar subur.

Hari Sabtu ini seharian kami beranjangsana dengan Pastor Yoseph Rettob, msc., salah satu hal yang menjadi kepentingan sang Pastor adalah “pendidikan”. Banyak perkawinan dini terjadi di wilayah ini, apabila sang anak sudah berumur sekitar 12 tahun, mulailah terjadi hantaran harta yang membuat sang orang tua merelakan anaknya dipersunting orang lain. Sikap mental inilah yang perlu untuk di tingkatkan dan diperbaiki sehingga merubah paradigma berfikir, meningkatkan level kehidupan dan tidak cepat puas dengan apa yang sudah diperoleh. Pendidikan merupakan kunci utama dalam menyelesaikan permasalahan ini, karena dengan pendidikan maka mindai akan terbuka dan nilai kreatifitas akan segera tercipta demi kemajuan komunitas.

Sikap dasar manusia inilah yang merupakan hal pertama untuk dapat dijadikan sebagai pintu gerbang pengembangan kesejahteraan masyarakat asli Pulau Buru yang tetap menjunjung nilai-nilai adat, keimanan dan kebersamaan.


Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA