07 Desember, 2011

Lumbung itu bernama, Pulau Buru

Menyusuri jalan aspal mulus sedikit berliku dari Namlea menuju Waeapo, sebuah kecamatan di Pulau Buru – Kepulauan Maluku, mata ini selalu disuguhkan dengan lahan datar disisi kiri dan kanan dengan latar belakang sebuah deretan punggung bukit sejauh mata memandang. Tanaman kayu putih –kalau boleh dibilang, hutan kayu putih, berserak diseluruh perbukitan dan menjadikannya sebagai primadona Pulau Buru, minyak kayu putih. Beberapa rumah ketel nampak disepanjang jalan menuju Kecamatan Waeapo. Semak belukar masih menjadi vegetasi dominan di tanah lapang nan datar, sementara lahan sawah dan palawija serta hortikultura menjadi raja di seputaran pemukiman masyarakat. Ditunjang dengan irigasi teknis yang baik, lahan yang masih sedikit tersentuh bahan-bahan kimia merupakan salah satu aset terbaik dalam menjadilan wilayah Pulau Buru sebagai Lumbung Pangan. Ternak sapi, kerbau dan kambing menjadi hiasan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan menjadi salah satu tulang punggung Program Swasembada Daging Sapi, sebuah Lumbung Pangan. Ternyata, tanaman coklat rakyat juga menjadi salah satu tanaman perkebunan yang diandalkan penduduk, juga ampas sagu, sungguh sebuah Lumbung Pakan Ternak. Potensi hasil samping pertanian – perkebunan yang luar biasa, sungguh sebuah kemuliaan yang terpendam, kesejahteraan tersembunyi dan kebesaran budaya masyarakat Pulau Buru yang agung. Perjalanan sampai dataran Waeapo telah memberi sebuah inspirasi bahwa ada magma tersembunyi yang siap meletuskan keberkahan bagi Indonesia.
Mewujudkan Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak di Pulau Buru, tidak perlu menjual pulau, cukup dengan sistem kerjasama dengan investor dengan model saling menguntungkan, maka sebuah budaya ‘menyimpan’ dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai penyangga kehidupan rakyat Indonesia.

Perubahan Paradigma Berfikir melalui Sikap Mental dan Pendidikan
Hal awal yang perlu disampaikan kepada masyarakat Pulau Buru, baik masyarakat adat ataupun masyarakat transmigrasi, adalah sosialisasi tentang potensi Pulau Buru sebagai Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak. Sosialisasi akan merubah sikap dan mental masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang selama ini kurang dimaksimalkan penggunaannya, serta merubah paradigma masyarakat tentang penggunaan lahan yang efektif dan ekonomis. Perubahan sikap mental ini tentunya harus disertai dengan pendidikan secara berkelanjutan untuk lebih memantapkan program Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan. Misi dan visi yang sama serta pendampingan dan bimbingan adalah kemantapan pelaksanaan mewujudkan Lumbung Pangan dan Lumbung Pakan Ternak. Pemetaan potensi lahan, mutlak dikerjakan terlebih dahulu.

Teknis Budidaya Tanaman Pangan dan Peternakan
Produktifitas lahan akan tercapai maksimal bila diiringi dengan perlakuan atas tanah dan program budidaya yang terencana, tersusun dan terpolakan dengan baik serta pelaksanaan yang terevaluasi dan terdokumentasi. Kebanyakan teknis aplikasi lahan yang sudah baik ada pada masyarakat transmigrasi yang notabene sudah memiliki kemampuan bertani dari tanah asalnya. Budidaya lahan padi sawah, palawija dan sedikit hortikultura dikembangkan melalui pengairan teknis yang baik. Ketergantungan akan sarana produksi pertanian (seperti : benih, pupuk, pestisida) terkadang menjadi kendala dalam pengembangan produksi tanaman serta akan mempengaruhi harga jual produk.
Pada masyarakat adat, teknis budidaya ini sedemikian parahnya, ketidaktahuan mereka akan teknis budidaya yang baik ditambah dengan persepsi atas kebiasaan yang keliru menyebabkan mereka sangat minim dalam melakukan olah tanah, tanaman pangan praktis hanya sagu dan kasbi (singkong) yang ditanam, itupun tanpa perawatan. Demikian pula dengan tanaman perkebunan, kebanyakan hanya tanaman cokelat yang ditanam dan dibiarkan tumbuh, bila berbuah diambil buahnya, dikupas dikebun dan bijinya dikeringkan lalu dijual. Lingkungan tanaman cokelat tidak dipupuk dan dirawat, buah cokelat yang terserang hama dibiarkan menggantung dipohon dan menjadi surat undangan bagi datangnya penyakit dan hama tanaman cokelat. Tanaman keras tidak beraturan dan dijadikan kayu. Beruntung tingkat penebangan kayu belum mencapai tahapan kritis, sehingga potensi sumber daya tanaman hutan masih dapat dipertahankan. Penerapan ladang berpindah akan dapat dikurangi sehingga potensi seluruh lahan dapat dimaksimalkan dan tingkat produktifitas yang tinggi dapat diraih.
Tanaman Padi
Sebagai tanaman pangan utama di negeri ini, pengembangan tanaman padi di Pulau Buru dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai lumbung beras untuk kepulauan Maluku. Sumber air yang tiada berhenti akan mempermudah peningkatan produktifitas tanaman. Sayangnya, budidaya tanaman padi ini masih sedkit yang dikembangkan dengan metode SRI, beberapa lahan masih menebarkan benih setelah tanah diolah, sehingga akan terjadi perebutan unsur hara dan ketidakseragaman pertumbuhan dan hasil yang beragam per malai padi.
Pelatihan dan pendidikan untuk melakukan budidaya tanaman padi dengan metode SRI penting untuk dilaksanakan sehingga gairan petani dalam melakukan budidaya tanaman padi akan semakin meningkat demi produktifitas yang maksimal.
Tanaman Palawija
Penanaman jagung, kacang tanah, kacang kedelai dan tanaman palawija lainnya masih belum banyak dikembangkan. Karena irigasi teknis yang menjamin supply air, kebanyakan konsentrasi lahan lebih diperuntukkan pada tanaman padi sawah. Penggalakan penanaman palawija akan membuat variasi produksi tanaman dan memutus siklus perkembangan hama dan penyakit tanaman.
Tanaman Perkebunan
Kekurangtahuan masyarakat adat dalam mengembangkan tanaman perkebunan menyebabkan tanaman menjadi tidak subur, produktifitas rendah serta hasil yang diterima petani akan selalu menurun dari hari kehari. Pelatihan dan pendidikan serta pendampingan dan bimbingan kepada para petani dalam mengelola lahan cokelat mereka adalah sebuah kebutuhan sehingga potensi pengembangan tanaman cokelat semakin lama semakin baik dengan hasil yang bertambah dan berkualitas.
Tanaman Keras
Pohon meranti, mahoni, Eucaliptus sp. dan beberapa tanaman kayu lainnya dikembangkan di Pulau buru dan memiliki hasil pengembangan yang baik. Juga tanaman kayu putih yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat. Penyulingan minyak kayu putih yang dilakukan oleh masyarakat tentunya perlu ditingkatkan lebih baik melalui : (1) Penataan lokasi penanaman minyak kayu putih semata, tetapi dibuat seperti blok seperti penanaman teh. Model penanaman ini akan mempermudah teknis pemeliharaan, pemberian pupuk, pemanenan dan juga sebagai lokasi wisata alam, (2) Perbaikan model penyulingan sehingga tidak banyak energi kayu bakar yang terbuang, ampas kayu putih yang dikeringkan dibantu dengan kayu bakar atau biogas akan dapat menjadi sumber energi bagi proses pemasakan ketel minyak kayu putih. Disamping itu, model penataan dan teknis penyulingan juga harus diperbaiki, mislanya model konsensasi uap minyak kayu putih. Tanaman sagu yang diolah menjadi tepung sagu juga dapat diambil ampasnya sebagai pakan ternak.

Kelembagaan Petani
Melembagakan masyarakat petani sudah merupakan hal penting untuk dilaksanakan. Kelembagaan itu akan melahirkan sebuah potensi masyarakat untuk mandiri dan melakukan aktifitas secara dinamis. Pembentukan lembaga seperti koperasi akan mempermudah masyarakat petani dalam mengatur supply sarana produksi pertanian/peternakan, meningkatkan kualitas pasca panen, menambah nilai hasil panen dan meningkatkan nilai tawar penjualan hasil panen sehingga akan bermuara pada Kesejahteraan Masyarakat.
Lembaga Keuangan Mikro di Pulau Buru merupakan satu lembaga keuangan yang mampu menjembatani kekurangan modal dalam beraktifitas, mendisiplinkan masyarakat untuk berinvestasi dan menabung, mengembangkan usaha pertanian – peternakan – perkebunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.



Integrated Farming System (Pola Pertanian Terpadu)
Pola integrasi antar komponen usaha yang dilaksanakan masyaakat Pulau Buru di bidang pertanian – perkebunan – peternakan sehingga menghasilkan produktifitas, efisiensi dan efektifitas tinggi dan memberi nilai ekonomis serta berorientasi ekologis merupakan satu keterpaduan yang akan memberi nilai kesejahteraan. Salah satu manfaat yang dapat diambil adalah ketersediaan pakan bagi ternak, pupuk organik, ketersediaan energi terbarukan, ramah lingkungan (meminimalkan limbah), bernilai edukasi – wisata dan inspiratif.
Hasil yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Pola Pertanian Terpadu adalah :
1.Tanaman padi sawah, akan menghasilkan jerami padi. Bila biasanya jerami padi dibakar, maka untuk dijadikan sebagai pakan ternak, jerami padi perlu difermentasi terlebih dahulu. Juga untuk tanaman palawija lainnya, misalnya : batang dan daun kedelai, tongkol dan klobot jagung, daun kacang tanah.
2.Tanaman hortikultura, hasil sortir tanaman sayuran dapat dijadikan sebagai pakan ternak
3.Tanaman perkebunan, kulit buah cokelat dapat difermentasi dan dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia
4.Kotoran ternak sapi, kerbau dan kambing dikumpulkan untuk diubah menjadi biogas sebagai sumber energi terbarukan serta didekomposisi menjadi pupuk organik padat atau difermentasi menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik ini nantinya akan dapat digunakan sebagai sarana produksi pertanian – perkebunan serta pengembangan pestisida hayati untuk peningkatan kualitas budidaya tanaman
5.Kelembagaan petani/masyarakat akan meningkatkan kualitas keekonomian dan kesejahteraan masyarakat
6.Eduekoagrotourism. Penataan yang baik bagi lahan dan pengelolaan yang mantap serta teknis budidaya yang terorganisir akan dapat membuat Pulau Buru sebagai kawasan wisata agro sekaligus pendidikan agro yang menginspirasi pengembangan dunia pertanian Indonesia


Pengembangan Peternakan Sapi Bali
Lahan dibagi setiap luasan 2.500 m2 dan dipagar. Setiap 1 ha dijadikan sebagai satu cluster pemeliharaan.
Setiap cluster dibagi empat petak @100 ekor induk dan 4 ekor pejantan, masing-masing petak dibagi menjadi empat lokal @25 ekor induk dan 1 ekor pejantan, total = 400 ekor induk dan 16 ekor pejantan, seluruh ternak diidentifikasi lengkap
Pada bagian tengah cluster, dipersiapkan tempat pakan dan tempat minum
Seluruh ternak sapi dijaga kesehatan dan dibiarkan untuk melakukan aktifitas perkawinan alam
Pada masing-masing petak disiapkan shelter sebagai lokasi istirahat ternak
Setiap ternak yang beranak, diidentifikasi anakannya dan dibiarkan bersama induknya sampai umur 6 bulan
Setelah 6 bulan, anak sapi dipisahkan antara anakan jantan dan anakan betina dan dipelihara pada lokasi yang berbeda. Anakan betina dipelihara pada lokasi berkelompok, sementara anakan jantan dipelihara secara berkelompok sampai umur 12 bulan, diatas 12 bulan dipelihara secara individu
Anakan betina yang dibesarkan, nantinya diidentifikasi dan dijadikan sebagai calon indukan baru
Sementara anakan jantan dikandangkan sampai siap potong, kualifikasi jantan terbaik dapat dijadikan sebagai sumber pejantan baru





Palang luar tempat pakan :

Palang I = tinggi 40 cm dari tempat pakan untuk menjaga ternak tidak masuk ketempat
pakan
Palang II = tinggi 50 cm dari palang I untuk menjaga ternak tidak keluar kandang
Tinggi tempat pakan dari lantai 60 cm dengan lebar 1 meter, terbuat dari bilah papan yang diserut halus dan dibuat seperti bak dengan konstruksi yang kuat untuk menahan bobot rumput dan air minum dalam ember yang akan diberikan kepada tenak
Pada sisi samping dan belakang juga disiapkan palang penghalang dengan tiga baris palang yang berjarak masing-masing : 40 cm
Perlu dipersiapkan juga pintu masuk dan keluar ternak untuk mempermudah akses ternak



Bangunan lain yang penting untuk dipersiapkan adalah :
1.Gudang pakan dan pemotongan rumput
2.Lokasi komposting dan biogas
3.Lokasi kantor dan penimbangan ternak

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
keberadaan saya didunia ... bagi saya adalah keberkahan yang sangat besar .. anugerah tiada tara .. dunia peternakan menjadi salah satu tempat terindah yang saat ini saya selami ... sedikit yang saya dapat berikan saat ini ... sedikit yang dapat saya abdikan saat ini ...

COWMANIA

COWMANIA